Matan Al-Hikam Dan Terjamahannya Dari Hikmah 183-199

كُلُّ كَلامٍ يَبْرُزُ وَعَلَيْهِ كِسْوَةُ القَلْبِ الَّذي مِنْهُ بَرَزَ.
Setiap ucapan yang keluar pasti menunjukkan kondisi hati yang mengucapkannya

 مَنْ أُذِنَ لهُ في التَّعْبيرِ فُهِمَتْ في مَسامِعِ الخَلْقِ عِبارَتُهُ، وَجُلِّيَتْ إلَيْهِمْ إشارَتُهُ.
Siapa yang telah diberi izin oleh Allah untuk menyampaikan ajaran, maka apa yang diucapkannya akan dapat dipahami oleh yang mendengarnya, dan isyarat-isyarat yang ia berikan akan terang diterima oleh mereka

 رُبما بَرَزَتِ الحَقائِقُ مَكسوفَةَ الأنْوارَ إذا لَمْ يُؤْذَنْ لَكَ فيها بِالإظْهارِ.
Adakalanya cahaya wawasan (ilmu) hakikat itu memudar tatkala engkau belum diberi izin (oleh Allah) untuk mengungkapkannya

عِباراتُهُم إمّا لِفَيَضانِ وَجْدٍ، أوْ لِقَصْدِ هِدايَةِ مُريدٍ. فالأوَّلُ حالُ السّالِكينَ، والثّاني حالُ أرْبابِ المَكِنَةَ والمُحَقِّقينَ.
Apa yang disampaikan oleh mereka bisa jadi karena luapan perasaan yang melimpah di dalam hati, atau untuk memberi petunjuk pada seorang murid. Yang pertama adalah keadaan para salik (penempuh jalan), sedangkan yang kedua adalah keadaan pembimbing spiritual yang telah sangat matang dalam ilmu hakikat

 العِباراتُ قُوتٌ لعائِلَةِ المُسْتَمِعينَ، وَلَيْسَ لَكَ إلّا ما أنْتَ لَهُ آكِلٌ.
Tutur kata yang bijak itu ibarat hidangan makanan bagi mereka yang mendengarkan, dan jatahmu hanyalah apa yang engkau makan darinya

 رُبَّما عَبَّرَ عَنِ المَقامِ مَنْ اسْتَشْرَفَ عَلَيْهِ، وَرُبَّما عَبَّرَ عَنْهُ مَنْ وَصَلَ إلَيْهِ، وَذلِكَ يَلْتَبِسُ إلّا عَلى صاحِبِ البَصيرَةِ.
Bisa jadi orang yang menerangkan suatu tahapan spiritual (maqam) adalah orang yang baru ingin sampai pada tahapan itu. Kadang pula orang itu telah sampai pada tahapan yang dimaksud. Yang demikian itu memang tampak kabur (samar), kecuali bago orang-orang yang memiliki ketajaman mata batin

 لا يَنْبَغي لِلسّالِكِ أنْ يُعَبِّرَ عَنْ وارِداتِهِ؛ فإنَّ ذلِكَ يُقِلَّ عَمَلَها في قَلبِهِ وَيَمْنَعْهُ وُجودَ الصِّدْقِ مَعَ رَبِّهِ.
Tidaklah pantas seorang salik (penempuh jalan) mengungkapkan karunia warid yang telah ia dapatkan. Sebab, yang demikian itu akan mengurangi pengaruh warid dalam hatinya, dan menghalanginya dari ketulusan kepada Rabbnya

لا تَمُدَّنَ يَدَكَ إلى الأخْذِ مِنَ الخَلائِقِ، إلّا أنْ تَرى أنَّ المُعْطِيَ فِيهِمْ مَوْلاكَ. فإنْ كُنْتَ كَذلِكَ فَخُذْ ما وافَقَ العِلْمَ.
Janganlah sekali-kali kalian ulurkan tangan untuk menerima pemberian dari makhluk, kecuali engkau menyadari bahwa pemberi yang sejati di balik mereka itu ialah Rabbmu. Apabila engkau mampu berlaku demikian, maka terimalah apa yang sesuai dengan ilmu yang engkau pahami

 رُبَّما اسْتَحْيا العارِفُ أنْ يَرفَعَ حاجَتَهُ إلى مَوْلاهُ اكْتِفاءً بِمَشيئَتِهِ. فَكَيْفَ لا يَسْتَحْيي أنْ يَرْفَعَها إلى خَليقَتِهِ.
Terkadang seorang ‘arif merasa malu meminta sesuatu yang ia butuhkan kepada Rabbnya, karena telah merasa puas mengikuti kehendak-Nya. Maka mana mungkin ia tidak malu untuk meminta sesuatu kepada makhluk-Nya

إذا التَبَسَ عَلَيْكَ أمْرانِ فانْظُرْ أثْقَلَهُما عَلى النَّفْسِ فَاتَّبِعْهُ، فَإنَّهُ لا يَثْقُلُ عَلَيْها إلّا ما كانَ حَقّاً.
Apabila ada dua hal yang membuat kalian bingung (memilihnya), maka perhatikanlah mana yang lebih memberatkan hawa nafsu kalian, lalu ikutilah. Sebab, tidak akan memberatkan hawa nafsu selain hal yang benar

مِنْ عَلاماتِ اتِّباعِ الهَوى المُسارَعَةُ إلى نَوافِلِ الخَيْراتِ، وَالتَّكاسُلُ عَنِ القِيامِ بِالواجِباتِ.
Di antara tanda memperturutkan hawa nafsu adalah bergegas dalam amalah sunnah, namun malas dalam melaksanakan amalan wajib.

 قَيَّدَ الطّاعاتِ بِأعْيانِ الأوْقاتِ كَيْ لا يَمنَعَكَ عَنها وُجودُ التَّسْويفِ. وَوَسَّعَ عَلَيْكَ الوَقْتَ كَيْ تَبْقى لَكَ حِصَّةُ الاخْتِيارِ.
Allah sengaja menetapkan waktu-waktu tertentu untuk beribadah, agar engkau tidak sampai tertinggal karena menunda mengerjakannya. Dan Allah memberi keluasan waktu bagimu, agar tetap ada kesempatan untuk memilih

عَلِمَ قِلَّةَ نُهوضِ العِبادِ إلى مُعامَلَتِهِ، فَأوْجَبَ عَلَيْهِمْ وُجودَ طاعَتِهِ، فَساقَهُمْ إلَيْهِ بِسَلاسِلِ الإيْجابِ. “عَجِبَ رَبُّكَ مِنْ قَوْمٍ يُساقونَ إلى الجَنَّةِ بِالسَّلاسِلِ”.
Allah Mahamengetahui tentang kemalasan hamba-Nya dalam berhubungan dengan-Nya, sehingga dia menjadikan ketaatan kepada-Nya sebagai kewajiban mereka. Lalu Allah menggiring mereka kepada ketaatan dengan rantai kewajiban. Rabbmu kagum dengan orang-orang yang digiring ke syurga dengan menggunakan rantai tersebut.

  أوْجَبَ عَلَيْكَ وُجودَ خِدْمَتِهِ، وَما أوْجَبَ عَلَيْكَ إلا دُخولَ جَنَّتِهِ.
Allah mewajibkanmu berkhidmat (mengabdi) kepada-Nya, dan Dia tidak mewajibkan sesuatu kecuali ada balasan masuk syurga-Nya

مَنْ اسْتَغْرَبَ أنْ يُنْقِذَهُ اللهُ مِنْ شَهْوَتِهِ، وَأنْ يُخْرِجَهُ مِنْ وُجودِ غَفْلَتِهِ. فَقَدِ اسْتَعْجَزَ القُدْرَةَ الإلهِيَّة، (وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا(
Barangsiapa yang merasa heran kalau Allah sampai menyelamatkannya dari pengaruh buruk syahwatnya, atau mengentaskannya dari jerat kelalaian, maka berarti ia telah menganggap lemah kekuasaan Allah. dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu

 رُبَّما وَرَدَتِ الظُّلَمُ عَلَيْكَ، لِيُعَرِّفَكَ قَدْرَ ما مَنَّ بِهِ عَلَيْكَ.
Kadang kegelapan mendatangimu, karena Allah hendak menyadarkanmu atas besarnya nikmat yang telah Dia berikan kepadamu

مَنْ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَ النِّعَمِ بِوجْدانِها عَرَفَها بِوُجودِ فُقْدانِها.
Orang yang tidak mengetahui nilai nikmat tatkala memperolehnya, maka ia akan mengetahuinya tatkala sudah terlepas dari dirinya (nikmat itu)

11 comments:

Berikanlah komentar terhadap postingan ini tentang keritik atau saran. karena dengan itu kami berharap dapat memperbaiki postingan yang selanjutnya. oleh karena itu komentar anda akan sangat berarti bagi kami. Akhir kata semoga postingan ini bermanfaat bagi anda khususnya, dan umumnya bagi semua orang.

Mohon maaf dari segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam penulisan ini, karena admin adalah seseorang yang masih jauh dari hakikat kebenaran yang sebenarnya.

Kalam Tuan syaikh Abdul Qodir Bagian Awal Tentang I'tirod

 قال سيدنا الشيخ محي الدين ابو محمد عبد القدير رضي الله عنه بكرة يوم الأحد بالرباط ثالث الشوال سنة خمس وأربعين وخمسمائة،  Sayidina syaikh ab...