Oleh : Abdillah
Agama bersumber pada religiositas dan memuncak pada spiritualitas, namun sering sekali dalam prakteknya agama sering kali berjalan terlepas dari religiositas , pengalaman akan hal yang transenden dan tidak bermuara pada spiritualitas, penghayatan rohnya dalam realita. Akibatnya, penghayatan agama menjadi formal, ritual, kering, kaku dan tidak mendatangkan dampak-dampak baik yang dicita-citakan. Dalam hal ini boleh jadi umat beragama mengetahui dogma agama dengan baik, mengikuti ibadah agama dengan tertib dan khidmat, melaksanakan moral yang diperintahkan agama dengan setia, menjadi anggota serta aktif dalam lembaga-lembaga keagamaan. Namun, karena agama dilepaskan dari religiositas serta spiritualitas, maka dalam memahami dan menjalankan keempat unsur agama tersebut orang beragama itu tidak mengaitkan dengan Allah
Karena dilepaskan dari hakikat Allah dan kehendak-Nya bagi umat manusia dan Dunia, dogma tentang Allah dan Kehendak-Nya hanya menjadi rumusan-rumusan tentang isi-isi pokok agama yang berdiri sendiri. Dogma agama itu dirumuskan menjadi seperti ajaran-ajaran lain yang tidak berbeda dari ajaran lainya seperti ideologi, isme-isme , aliran-aliran lainnya. Bedanya hanya pada pembendaharaan kata. Dogma agama menyebut banya Allah beserta seluk beluknya, sementara ajaran ideologi, aliran pemikiran banyak berbicara tentang gagasan-gagasan yang tidak selalu berhubungan atau dihubungkan dengan Allah.
Sering kali agama sebagaimana dirumuskan itu dianggap sudah menjadi hal yang sempurna, maka tidak bisa diubah. Orang hanya harus menerima dan mempelajarinya. Orang yang mencoba menafsirkan dianggap menyeleweng , sesat,dan sombong. Sikap terhadap dogma agama seperti ini para penganut agama menjadi dogmatis. Mereka menganggap bahwa hanya dogma mereka lah yang paling benar. Mereka berpegang teguh pada dogma mereka seperti yang telah mereka rumuskan. Umat beragama tidak lagi memperdulikan substansi dogma yang bersangkutan dan pemahaman baru yang mungkin lebih benar dan lebih produktif berdasarkan studi lingkungan historis, situasi konteks, bentuk sastra, susunan liteter ketika dogma dirumuskan
Karena dogma agama merasa sudah sempurna, maka tidak mustahil bahwa dogma semacam itu akan mendorong para penganutnya terpeleset dalam kesombongan agama,kefanatikan madzhab,golongan dan partai (yang berbasis agama). Penganut agama yang seperti ini akan Selalu merasa agamanya, mazhab, golongannya yang paling benar dan golongan lainya salah. Dari sikap yang seperti ini maka akan menimbulkan umat beragama, mazhab dan golongan yang tidak mau menerima, tidak toleran, berprasangka dan bahkan melakukan kekerasan atas terhadap agama, mazhab lain yang dianggap tidak sesuai dengan dogmanya.
Dengan demikian, dogma tidak menjadi sumber inspirasi tetapi menjadi penghalang kemajuan hidup. Dogma bukan menjadi penyegar, melainkan beban kehidupan karena dingin, kaku dan jauh dari kenyataan hidup, dari religiositas dan spiritualiatas. Ketika Islam sebagai agama sudah seperti ini, maka sudah tentu menemukan kemanegan, islam akan mengalami disintegrasi dalam berbagai hal. Terutama hari ini ketika nam Tuhan dihadapkan dengan manusia modern yang sudah menghilangkan sisi metafisik.
No comments:
Post a Comment
Berikanlah komentar terhadap postingan ini tentang keritik atau saran. karena dengan itu kami berharap dapat memperbaiki postingan yang selanjutnya. oleh karena itu komentar anda akan sangat berarti bagi kami. Akhir kata semoga postingan ini bermanfaat bagi anda khususnya, dan umumnya bagi semua orang.
Mohon maaf dari segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam penulisan ini, karena admin adalah seseorang yang masih jauh dari hakikat kebenaran yang sebenarnya.