Pengertian Sastra, Karya Sastra dan hubungannya dengan Lingkungan Masyarakat

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, sastra adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). 

Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual disamping konsumsi emosi. 

Sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai media pemaparnya. Akan tetapi, berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari, bahasa dalam karya sastra memiliki kekhasan sendiri. 

Ada sejumlah definisi mengenai sastra yang perludi pertimbangkan, dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain: 
  1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.
  2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.
  3. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya masyarakat yang melatar belakanginya.
  4. Analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan seberapa jauh peranannya dalam mengubah struktur kemasyarakatan.
  5. Analisis yang berkaitan dengan manfaat karya dalam membantu perkembangan masyarakat.
  6. Analisis mengenai seberapa jauh kaitan langsung antara unsur-unsur karya dengan unsur-unsur masyarakat.
  7. Analisis mengenai seberapa jauh keterlibatan langsung pengarang sebagai anggota masyarakat.
  8. Sosiologi sastra adalah analisis institusi sastra.
  9. Sosiologi sastra adalah kaitan langsung antara karya sastra dengan masyarakat.
  10. Sosiologi sastra adalah hubungan searah (positivistik) antara sastra dengan masyarakat.
  11. Sosiologi sastra adalah hubungan dwiarah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat.  
  12. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara sastra dengan masyarakat.
  13. Pemahaman yang berkaitan dengan aktivitas kreatif sebagai semata-mata proses sosiokultural.
  14. Pemahaman yang berkaitan dengan aspek-aspek penerbitan dan pemasarankarya.

Karya sastra imajinatif menjelaskan tentang fakta kehidupan juga realitas kehidupan. Sastrawan bersentuhan dengan realitas dan kemudian menafsirkannya, menjelaskannya, atau bereakasi demikian, sastra imajinatif lebih bertugas untuk menerangkan, menjelaskan, memahami, membuka pandangan baru, memberikan makna kepada realitas kehidupan. Dengan kata lain, sastra imajinatif “menyempurnakan” realitas agar manusia lebih mengerti dan bersikap yang semestinya terhadap realitas kehidupannya. Fakta atau realitas hidup sehari-hari tidak begitu penting dalam sastra imajinatif, karena memang tujuannya bukan memberikan informasi tentang fakta kepada pembacanya. Kaitan sastra imajinatif dengan realitas: sastra imajinatif memberi makna yang baru terhadap realitas, meskipun dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan realitas. 

Sebagai sebuah dunia miniatur, karya sastra berfungsi untuk menginventarisasikan sejumlah besar kejadian-kejadian, yaitu kejadian-kejadian yang telah dikerangkakan dalam pola-pola kreativitas dan imajinasi. Pada dasarnya, seluruh kejadian dalam karya, bahkan juga karya-karya yang termasuk ke dalam genre yang paling absurd pun merupakan prototype kejadian yang pernah dan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ciri kreativitas dan imajinasinya, sastra memiliki kemungkinan yang paling luas dalam mengalihkan keragaman kejadian alam semesta kedalam totalitas naratif semantis, dari kuantitas kehidupan sehari-hari ke dalam kualitas dunia fiksional.

Karya sastra adalah seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk didalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan, semangat, kepercayaan dan keyakinan sebagai unsur sastra yang sulit dibuat batasannya.

Karya sastra adalah karya yang dibuat oleh pengarang atau sastrawan. Tujuannya adalah memberi kesan dan menghibur kepada pembacanya. Sebuah karya sastra tidak akan terlepas dari fiksionalitasnya yang menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan Tuhan. Selain itu, karya sastra juga memiliki tujuan estetik, sebuah karya tetap merupakan cerita yang menarik, memiliki bangunan struktur yang koheren dan bernilai estetis.

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra “menyajikan kehidupan”, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. 

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra, Sosiologi berasal dari akar kata sosio (yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra dari akar sas (Sansakerta) berarti mengarahkan, mengajar memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra adalah kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik.

Studi sosiologis didasarkan atas pemahaman bahwa setiap fakta kultural lahir dan berkembang dalam kondisi-kondisi sosial historis tertentu. Sistem produksi karya seni, karya sastra khususnya, dipandang sebagai akibat hubungan-hubungan bermakna interaksi antar individu disatu pihak, hubungan-hubungan bermakna individu dan kelompok dengan struktur sosial dipihak lain. Sistem produksi karya sastra dengan sendirinya tidak hanya didasarkan atas komunikasi linear antara pengarang, penerbit, patron, dan masyarakat pembaca pada umumnya, melainkan juga tradisi dan konvensi sebagai warisan literernya.

Sosiologi sastra adalah lebih merupakan salah satu pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang mana masyarakat selalu erat dan melekat dalam kehidupan. Karya sastra merupakan dokumen sosial yang direfleksikan pada waktu sastra tersebut dibuat. Penelitian sosiologi sastra dipandang sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya pada waktu tertentu.

Penelitian sosiologi sastra mengungkap refleksi tiga hal, yaitu ras, waktu, dan lingkungan, karena ketiga hal tersebut mencerminkan iklim rohani suatu kebudayaan yang melahirkan seorang pengarang beserta karyanya.

Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala-gejala alam. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

Dalam penelitian sosiologi sastra dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Pertama adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi sastra. Masalah yang berkaitan disini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra.

Kedua adalah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Ketiga adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan, dan perkembangan sosial. Adalah pertanyaan yang termasuk dalam ketiga jenis permasalahan diatas: sosiologi pengarang, isi karya sastra yang bersifat sosial, dan dampak sastra terhadap masyarakat. 

Matan Al-Hikam Dan Terjamahannya Dari Hikmah 250-164

دَلَّ بِوُجودِ آثارِهِ عَلى وُجودِ أسْمائِهِ. وبِوجودِ أسْمائِهِ عَلى ثُبوتِ أوصْافِهِ، وَبِثُبوتِِ أوْصافِهِ عَلى وُجودِ ذاتِهِ. إذْ مُحالٌ أنْ يَقومَ الوَصْفُ بِنَفْسِهِ. فأرْبابُ الجَذْبِ يَكْشِفُ لَهُمْ عَنْ كَمالِ ذاتِهِ، ثُمَّ يَرُدُّهُمْ إلى شُهودِ صِفاتِهِ، ثُمَّ يُرْجِعُهُمْ إلى التَّعَلُّقِ بأسْمائِهِ، ثُمَّ يَرُدُّهُمْ إلى شُهودِ آثارِهِ. وَالسّالِكونَ عَلى عَكْسِ هذا. فَنِهايَةُ السّالِكينَ بِدايَةُ المَجْذوبينَ، وَبِدايَةُ السّالكينَ نِهايَةُ المَجْذوبينَ؛ لكِنْ لا بِمَعْنىً واحِدٍ؛ فَرُبَّما التَقَيا في الطَّريقِ، هذا في تَرَقّيهِ وهذا في تَدَلّيهِ.
Segenap benda-benda ciptaan-Nya, Allah menunjukkan berbagai nama-Nya. Dan dengan adanya nama-nama-Nya itu, Allah menunjukkan kekekalan sifat-sifat-Nya Allah menunjukkan adanya zat-Nya, karena mustahil suatu sifat berdiri sendiri tanpa zat. Bagi orang-orang yang tertarik kepada-Nya, maka akan disingkapkan kesempurnaan Zat-Nya. Kemudian Dia akan mengembalikan mereka pada penyaksian sifat-sifat-Nya. Setelah itu, dia mengembalikan mereka pada bergantung dengan nama-nama-Nya. Dan kemudian mengembalikan mereka pada penyaksian benda-benda ciptaan-Nya. Sedangkan bagi para penempuh jalan spiritual (salikin) adalah kebalikanna. Dimana puncak pencapaian mereka adalah permulaan dari orang-orang yang tertarik kepada-Nya. Namun demikian, ini semua tidaklah bermakna seperti apa adanya. Bisa jadi keduanya bertemu di persimpangan jalan. Yang satu tengah mendaki dan yang lain sedang menurun.

لا يُعْلَمُ قَدْرُ أنْوارِ القُلوب والأسْرار إلّا في غَيْبِ المَلَكوتِ. كَما لا تَظْهَرُ أنْوارُ السَّماءِ إلّا في شَهادَةِ المُلْكِ.
Kadar cahaya hati dan rahasia-rahasianya tidak diketahui, kecuali dalam alam malakut yang gaib, sebagaimana cahaya langit tidak tampak kecuali di alam kerajaan yang kasat mata (bumi ini)

وِجْدانُ ثَمَراتِ الطّاعاتِ عاجِلاً بَشائِرُ العامِلينَ بِوُجودِ الجَزاءِ عَلَيْها آجِلاً.
Buak ketaatan yang dirasakan di dunia adalah kabar gembira bagi orang-orang yang beramal di akhirat kelak

كَيْفَ تَطْلُبُ العِوَضَ عَلى عَمَلٍ هُوَ مُتَصَدِّقٌ بِهِ عَليكَ، أمْ كَيْفَ تَطْلُبُ الجَزاءَ عَلى صِدْقٍ هُوَ مُهْديهِ إلَيْكَ؟!
Mana mungkin engkau dapat menuntut imbalan atas suatu amal, padahal sebenarnya Dia-lah yang menyedekahkan amal itu padamu? Dan bagaimana pula engkau dapat meminta balasan pahala atas suatu ketulusan yang engkau lakukan, padahal Allah yang menghadiahkan ketulusan itu kepadamu?

قَوْمٌ تَسْبِقُ أنْوارُهُمْ أذْكارَهُمْ، وَقَوْمٌ تَسْبِقُ أذْكارُهُمْ أنْوارَهُمْ، وَقَوْمٌ تَتَساوى أذْكارُهُمْ وَأنْوارُهُمْ، وَقَوْمٌ لا أذْكارَ وَلا أنْوارَ.. نَعوذُ بِاللهِ مِنْ ذلِكَ.
Ada orang yang cahaya hatinya mendahului zikirnya. Ada orang yang zikirnya mendahului cahayanya. Ada pula orang yang cahayanya bersama dengan zikirnya. Dan ada pula orang yang tnpa zikir dan tanpa chaya, dan kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian

ذاكِرٌ ذَكَرَ لِيَسْتَنيرَ قَلْبُهُ فَكانَ ذاكِراً، وَذاكِرٌ اسْتَنارَ قَلْبُهُ فَكانَ ذاكِراً، وَالَّذي اسْتَوَتْ أذْكارُهُ وَأنْوارُهُ فَبِذِكْرِهِ يُهْتَدى وَبِنورِهِ يُقْتَدى.
Ada orang yang berzikir agar hatinya semakin terang, dan ia adalah ahli zikir. Dan ada pula orang yang berzikir yang hatinya sudah terang, ia pun disebut ahli zikir. Sedangkan orang yang zikirnya bersamaan dengan cahayanya, maka dengan zikirnya itu ia mendapat petunjuk. Dan dengan chayanya itu ia mengikuti

ما كانَ ظَاهِرُ ذِكرٍ إلا عَنْ باطِنِ شُهودٍ وَفِكْرٍ.
Tidaklah akan tampak zikir, kecuali yang timbul dari penyaksian batin dan proses perenungan

 أشْهَدَكَ مِنْ قَبْلِ أنْ يَِسْتَشْهِدَكَ فَنَطَقَتْ بِإلهيَّتِهِ الظَّواهِرُ، وَتَحَقَّقَتْ بأَحَدِيَّتِهِ القُلْوبُ والسَّرائِرُ.
Allah membuatmu bersaksi (akan keagungan-Nya) sebelum memintamu bersaksi, hingga semua makhluk mengakui wujud ke-Tuhanan-Nya (uluhiyah), sementara semua hati serta relung batin menyadari akan keesaan-Nya.

أكْرَمَكَ اللهُ بِكراماتٍ ثَلاثٍ: جَعَلَكَ ذاكِراً لَهُ، وَلَوْلا فَضْلُهُ لَمْ تَكُنْ أهْلاً لِجَرَيانِ ذِكْرِهِ عَلَيْكَ، وَجَعَلَكَ مَذْكوراً بِهِ، إذْ حَقَّقَ نِسْبَتَهُ لَدَيْكَ، وَجَعَلَكَ مَذْكوراً عِنْدَهُ فَتَمَّمَ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ.
Allah menganugrahimu tiga kemuliaan, yaitu: Dia membuatmu ingat (zikir) kepada-Nya; kalaulah bukan karena karunia-Nya, engkau tidak pantas menjadi ahli zikir kepada-Nya. Dia membuatmu diingat oleh-Nya (mazkur), karena Dia sendiri yang menisbahkan zikir itu untukmu. Dan Dia juga membuatmu diingat di sisi-Nya, di mana Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu.

رُبَّ عُمُرٍ اتَّسَعَتْ آمادُهُ وَقَلَّتْ أمْدادُهُ، وَرُبَّ عُمُرٍ قَليلَةٌ آمادُهُ كَثيرَةٌ أمْدادُهُ.
Kadang umur seseorang panjang masanya tapi sedikit manfaatnya. Dan ada pula umur yang pendek masanya, namun penuh dengan manfaat.

 مَنْ بُورِكَ لَهُ في عُمُرِهِ أدْرَكَ في يَسيرٍ مِنَ الزَّمَنِ مِنْ مِنَنِ اللهِ تَعالى ما لا يَدْخُلُ تَحْتَ دَوائِرِ العِبارَةِ وَلا تَلْحَقُهُ الإشارَةِ.
Siapa yang diberkahi umurnya, maka dalam waktu singkat ia dapat meraih berbagai karunia Allah, sebuah karunia yang sulit diungkapkan melalui kata-kata, dan tidak terjangkau lewat isyarat.

 الخِذْلانُ كُلُّ الخِذْلانِ أَنْ تَتَفَرَّغَ مِنْ الشَّواغِلِ ثُمَّ لا تَتَوَجَّهَ إلَيْهِ، وَتَقِلَّ عَوائِقُكَ ثُمَّ لا تَرْحَلَ إلَيْهِ.
Betapa mengecewakan apabila engkau terbatas dari kesibukan, namun tidak juga menghadap kepada-Nya. Dan apabila engkau sedang ada sedikit rintangan, tidak juga beranjak menuju-Nya.

 الفِكْرَةُ سَيْرُ القَلْبِ في مَيادينِ الأَغْيارِ.
Fikir itu merupakan perjalanan hati dalam alam ciptaan Allah

الفِكْرَةُ سِراجُ القَلْبِ، فَإذا ذَهَبَتْ فَلا إضاءَةَ لَهُ.
Fikir adalah lentera hati, bila fikir itu padam, maka tak ada lagi cahaya di hati

الفِكْرَةُ فِكْرَتانِ: فِكْرَةُ تَصْديقٍ وَإيمانٍ، وَفِكْرَةُ شُهودٍ وَعِيانٍ. فَالأُولى لِأَرْبابِ الاعْتِبارِ، وَالثّانِيَةُ لِأَرْبابِ الشُّهودِ وَالاسْتِبْصارِ
Fikir itu ada dua macam: fikir yang timbul dari tashdiq (pembenaran) dan keimanan, dan fikir yang timbul dari penyaksian atau penglihatan. Yang pertama itu bagi ahli i’tibar, sedangkan yang kedua bagi kaum yang telah menyaksikan dan melihat dengan mata batin

Matan Al-Hikam Dan Terjamahannya Dari Hikmah 237-249

جَعلَهُ لَكَ عَدّواً لِيَحُوشَكَ بِهِ إلَيْهِ، وَحَرَّكَ عَلَيْكَ النَّفْسَ لِيَدومَ إقْبالُكَ عَلَيْهِ.
Allah sengaja menjadikan syetan sebagai musuhmu, karena Dia ingin menuntunmu menuju kepada-Nya. Dan Allah menggerakkan hawa nafsumu, agar engkau senantiasa menghadap-Nya

مَنْ أثْبَتَ لِنَفْسِهِ تَواضُعاً فَهُوَ المُتَكَبِّرُ حَقّاً. إذْ لَيْسَ التَّواضُعُ إلّا عَنْ رِفْعَهٍ. فَمَتى أثْبَتَّ لِنَفِسَكَ تَواضُعاً فَأنْتَ المُتَكَبِّرُ حَقّاً.
Siapa yang merasa dirinya tawadhu’ (randah hati), berarti ia orang yang sombong (takabur). Sebab, anggapan diri tawadhu’ tidak akan muncul kecuali dari sikap tinggi hati. Maka, saat engkau menyandangkan keagungan (tinggi hati) itu pada dirimu, berarti engkau benar-benar orang yang sombong.

لَيْسَ المُتَواضِعُ الَّذي إذا تَواضَعَ رَأى أنَّهُ فَوْقَ ما صَنَعَ. وَلكِنَّ المُتَواضِعَ الَّذي إذا تَواضَعَ رَأى أنَّهُ دُونَ ما صَنَعَ.
Mutawadhi’ (orang yang tawadhu’) itu bukanlah seseorang yang tawadhu’ namun merasa dirinya lebih dari apa yang ia perbuat. Akan tetapi, orang tawadhu’ itu adalah yang meski ia tawadhu’ tapi merasa dirinya kurang dengan apa yang telah ia perbuat.

التَّواضُعُ الحَقيقيُّ هُوَ ما كانَ ناشِئاً عَنْ شُهودِ عَظَمَتِهِ وَتَجَلّي صِفَتِهِ.
Sikap tawadhu’ yang sejati timbul dari menyadari akan keagungan Allah dan sifat-sifat-Nya yang begitu nyata

لا يُخْرِجُكَ عَنِ الوَصْفِ إلا شُهودُ الوَصْفِ.
Tidak ada yang dapat melepaskanmu dari sifat burukmu, kecuali bila engkau menyadari sifat agung yang ada di sisi Allah

المُؤْمِنُ يَشْغَلُهُ الثَّناءُ عَلى اللهِ عَنْ أنْ يَكونَ لِنَفْسِهِ شاكِراً. وَتَشْغَلُهُ حُقوقُ اللهِ عَنْ أنْ يَكونَ لِحُظوظِهِ ذاكِراً.
Seorang mukmin itu suka menyibukkan diri menyanjung Allah, sehingga tidak sempat untuk memuji dirinya sendiri. Dan ia sibuk menunaikan kewajiban kepada Allah, sehingga ia lupa akan porsi untuk dirinya sendiri.

لَيْسَ المُحِبُّ الَّذي يَرْجو مِنْ مَحْبوبِهِ عِوَضاً أوْ يَطْلُبُ مِنهُ غَرَضاً، فَإنَّ المُحِبَّ مَنْ يَبْذُلُ لَكَ، لَيْسَ المُحِبُّ مَنْ تَبْذُلُ لَهُ.
Seorang pecinta bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari orang yang dicintainya, atau menuntut sesuatu dari kekasihnya itu. Tapi sejatinya, pecinta adalah orang yang bermurah hati memberi pada kekasihnya, bukan malah memperoleh sesuatu darinya

لَوْلا مَيادينُ النُّفوسِ ما تَحَقَّقَ سَيْرُ السّائِرينَ. إذْ لا مَسافَةَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ حَتى تَطْوِيَها رِحْلَتُكَ. وَلا قَطيعَةَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ حتى تَمْحُوَها وُصْلَتُكَ.
Kalaulah tidak ada tempat bagi nafsu, maka pasti tidak ada orang yang melakukan perjalanan menuju kepada Allah. sebab tanpa adanya nafsu itu, tak ada lagi jarak yang memisahkan antara engkau dengan Allah, dan juga tak ada lagi sekat yang harus dibuka antara engkau dan Allah.

جَعَلَكَ في العالَمِ المُتَوَسِّطِ بَينَ مُلْكِهِ وَمَلَكوتِهِ لِيُعَلِّمَكَ جَلالَةَ قَدْرِكَ بَيْنَ مَخْلوقاتِهِ، وَأنَّكَ جَوْهَرَةٌ تَنْطَوي عَلَيْكَ أصْدافُ مُكَوَّناتِهِ.
Allah menempatkanmu di alam pertengahan, diantara alam nyata (kerajaan-Nya) dan alam gaib (makhluk-Nya). Ini untuk membuatmu mengerti akan tingginya kedudukanmu di antara semua makhluk-Nya. Dan bahwa engkau adalah permata yang tersembunyi dalam alam raya ciptaan-Nya

إنَّما وَسِعَكَ الكَونُ مِنْ حَيْثُ جُثْمانِيَّتُكَ وَلَمْ يَسَعْكَ مِنْ حَيْثُ ثُبوتِ رُوحانيَّتِكَ.
Alam ini hanya memuaskan jasmanimu, tapi tidak memuaskan rohanimu

الكائِنُ في الكَونِ، وَلَمْ تُفْتَحْ لَهُ مَيادينُ الغُيوبِ، مَسْجونٌ بِمُحيطاتِهِ، وَمَحْصورٌ في هَيْكَلِ ذاتِهِ.
Mereka yang ada di alam ini ada yang belum terbuka alam gaib baginya, hingga mereka terkurung oleh kesenangan dunia (syahwat) yang ada di sekelilingnya, dan terpenjara dalam kerangka tubuhnya

أنْتَ مَعَ الأكْوانِ ما لَمْ تَشْهَدِ المُكَوِّنَ، فَإذا شَهِدْتَهُ كانَتِ الأكْوانُ مَعَكَ.
Engkau tetap terikat dengan alam materi, selama engkau belum menyaksikan Sang Pencipta alam itu. Namun, apabila engkau telah menyaksikan-Nya, maka alamlah yang akan mengikutimu.

لا يَلْزَمُ مِنْ ثُبوتِ الخُصوصِيَّةِ عَدَمُ وَصْفِ البَشَريَّةِ، إنَّما مَثَلُ الخُصوصِيَّةِ كإشْراقِ شَمْسِ النَّهارِ ظَهَرَتْ في الأُفُقِ وَلَيْسَتْ مِنْهُ. تارَةً تُشْرِقُ شُموسُ أوصْافِهِ عَلى لَيْلِ وُجودِكَ. وَتارَةً يَقْبِضُ ذلِكَ عَنْكَ فَيَرُدُّكَ إلى حُدودِكَ، فَالنَّهارُ لَيْسَ مِنْكَ وَإلَيْكَ، وَلكِنَّهُ وارِدٌ عَلَيْكَ.
Diperolehnya keistimewaan sifat kewalian (khususiyah) itu bukan berarti lalu hilang sifat kemanusiaannya. Sifat khususiyah tersebut laksana pancaran sinar matahari di siang hari. Ia tampak di cakrawala, namun bukan bagian darinya. Terkadang matahari (cahaya) dari sifat-sifat Allah menyinari malam wujudmu. Dan terkadang Allah menariknya darimu, lalu mengembalikanmu pada keterbatasanmu. Cahaya siang itu bukan berasal darimu dan bukan untukmu, namun ia menyinarimu

Matan Al-Hikam Dan Terjamahannya Dari Hikmah 119-236

لا تَيأسْ مِنْ قَبولِ عَمَلٍ لَمْ تَجِدْ فيهِ وُجودَ الحُضورِ. فَرُبَّما قَبِلَ مِنَ العَمَلِ ما لَمْ تُدْرِكْ ثَمَرَتَهُ عاجِلاً.
Janganlah berputus asa atas tidak diterimanya suatu amal yang hatimu tidak hadir (saat melakukan amal itu). Boleh jadi Allah menerima suatu amalan, meskipun buahnya tidak dapat engkau petik (merasakan) ketika itu juga

لا تُزَكِّيَنَّ وارِداً لا تَعْلَمُ ثَمَرَتَهُ، فَليْسَ المُرادُ مِنَ السَّحابَةِ الإمْطارَ، وإنَّما المُرادُ مِنْها وُجودُ الإثْمارِ.
Janganlah engkau merasa senang karena datangnnya suatu warid yang buahnya belum engkau ketahui. Sebab, yang diharapkan dari gumpalan awan bukanlah akan turun hujan, melainkan tumbuhnya buah-buahan

لا تَطْلُبَنَّ بَقاءَ الوارِداتِ بَعْدَ أنْ بَسَطَتْ أنْوارَها وَأُوْدَعَتْ أسْرارَها، فَلَكَ في اللهِ غِنىً عَنْ كُلِّ شَيْءٍ، وَلَيْسَ يُغْنيكَ عَنْهُ شَيْءٌ.
Jangan sekali-kali menuntut kekalnya inspirasi qalbu (warid) setelah cahayanya melimpah kepadamu dam engkau mendapatkan rahasia-rahasianya. Cukuplah Allah untukmu dari segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu pun yang menggantikan kebutuhanmu kepada Allah

 تَطَلُّعُكَ إلى بَقاءِ غَيْرِهِ دَليلٌ عَلى عَدَمِ وِجْدانِكَ لَهُ. وَاسْتيحاشُكَ لِفُقْدانِ ما سواهُ دَليلٌ عَلى عَدَمِ وُصْلَتِكَ بِهِ.
Keinginanmu akan tetapnya sesuatu selain Allah menunjukan bahwa engkau belum menemukan-Nya. Dan kegelisahanmu terhadap hilangnya sesuatu selain-Nya adalah bukti kalau engkau belum sampai kepada-Nya.

النَّعيمُ وإنْ تَنَوَّعَتْ مَظاهِرُهُ إنَّما هُوَ بِشُهودِهِ وَاقْتِرابِهِ. وَالعَذابٌ وَإنْ تَنَوَّعَتْ مَظاهِرُهُ إنَّما هُوَ لِوجودِ حِجابِهِ. فَسَبَبُ العَذابِ وُجودُ الحِجْابِ، وإتْمامُ النَّعيمِ بِالنَّظَرِ إلى وَجْهِ اللهِ الكَريمِ.
Kenikmatan sejati itu, kendati bermacam bentuknya, sesungguhnya hanyalah dengan menyaksikan dan mendekat kepada Allah. dan azab itu, walau beragam jenisnya, sesungguhnya hanyalah disebabkan adanya hijab (antara hamba) dengan-Nya. Jadi, sebab azab itu karena adanya hijab. Sedang sempurnanya nikmat adalah engkau memandang wajah Yang Mahamulia.

ما تجَدُهُ القُلوبُ مِنَ الهُمومِ وَالأحْزانِ فلِأَجْلِ ما مُنِعَتْهُ مِنْ وُجودِ العَيانِ.
Kalau hati masih merasa risau dan sedih, itu karena masih ada yang menghalangi pandangan batin terhadap Allah.

مِنْ تَمامِ النِّعْمَةِ عَلَيْكَ أنْ يَرْزُقَكَ ما يَكْفيكَ وَيَمْنَعَكَ ما يُطْغيكَ.
Diantara kesempurnaan nikmat Allah kepadamu adalah jika Dia memberimu rezeki yang dapat mencukupimu, dan mencegahmu dari apa yang membuatmu lepas kendali (sesat).

 لِيَقِلَّ ما تَفْرَحُ بِهِ، يَقِلَّ ما تَحْزَنُ عَلَيْهِ.
Kala berkurang apa yang membuatmu senang, maka kuranglah pula apa yang engkau sedihkah

 إنْ أرَدْتَ أنْ لا تُعْزَلَ فَلا تَتَولَّ وِلايَةً لا تَدومُ لَكَ.
Bila engkau tidak ingin tergeser, maka jangan memangku jabatmu (kedudukan) yang tidak abadi bagimu

  إنْ رَغَّبَتْكَ البِداياتُ زَهَّدَتْكَ النِهاياتُ. إنْ دَعاكَ إلَيْها ظاهِرٌ نَهاكَ عَنْها باطِنٌ.
Jika dipermulaan membuatmu tertarik, maka kesudahannya akan membuatmu jemu. Jika secara lahir memikatmu, maka batinnya akan mencegahmu.

إنَّما جَعَلَها مَحَلَّا للأَغْيارِ وَمَعْدِناً لِوُجودِ الأكْدارِ تَزهيداً لَكَ فيها.
Allah sengaja menciptakan dunia ini sebagai tempat perubahan dan sumber kerusuhan, agar kalian merasa jemu di dunia

عَلِمَ أنَّكَ لا تَقْبَلُ النُّصْحَ المُجَرَّدَ، فَذَوَّقَكَ مِنْ ذَواقِها ما يُسَهِّلُ عَلَيْكَ وُجودَ فِراقِها.
Allah tahu bahwa engkau tidak akan menerima nasihat belaka, maka Dia memcicipkanmu citarasa dunia agar engkau mudah berpisah darinya (dunia)

العِلْمُ النّافِعُ هُوَ الَّذيِ يَنَبَسِطُ في الصَّدْرِ شُعاعُهُ ويُكَشَفُ بِهِ عَنِ القَلْبِ قِناعُهُ.
Ilmu yang bermanfaat adalah yang cahayanya memancar ke dalam dada, dan yang dengannya tersingkap selubung yang menutupi hati

خَيرُ عِلْمٍ ما كانَتِ الخَشيَةُ مَعَهُ.
Sebaik-baik ilmu adalah yang diiringi oleh rasa takut kepada Allah

العِلْمُ إنْ قارَنَتْهُ الخَشْيَةُ فَلَكَ، وَإلّا فَعَلَيْكَ.
Ilmu, apabila disertai dengan rasa takut (khasy-yah) kepada Allah, maka itu akan mendatangkan kebaikan bagimu. Dan bila tidak, maka itu akan merugikanmu

مَتى آلَمَكَ عَدَمُ إقْبالِ النّاسِ عَلَيْكَ أوْ تَوَجُهُهُمْ بِالذَّمِّ إلَيْكَ، فَارْجِعْ إلى عِلْمِ اللهِ فيكَ، فَإنْ كانَ لا يُقْنِعُكَ عِلْمُهُ فَمُصيبَتُكَ بِعَدَمِ قَناعَتِكَ بِعِلْمِهِ أشَدُّ مِنْ مُصيبَتِكَ بِوُجودِ الأذى مِنْهُمْ.
Kala engkau sakit hati karena orang-orang tidak menghiraukanmu, atau mereka acuh diikuti dengan tindakan mencelamu, maka kembalikanlah kepada ilmu Allah tentang dirimu. Apabila engkau masih belum puas dengan ilmu-Nya, maka derita yang menimpamu karena tidak puas dengan ilmu-Nya itu jauh lebih besar daripada derita yang menimpamu akibat celaan mereka

إنَّما أجْرى الأذى عَلى أيْديهِمْ كَيْ لا تَكونَ ساكنِاً إلَيْهِمْ. أرادَ أنْ يُزْعِجَكَ عَنْ كُلِّ شَيْءٍ حَتى لا يَشْغَلَكَ عَنْهُ شَيْءٌ.
Allah sengaja menciptakan gangguan terhadapmu, supaya ngkau tidak menyerah tunduk pada mereka. Allah ingin membuatmu jemu terhadap sefala sesuatu, sehingga tidak ada lagi yang memalingkanmu dari-Nya.

إذا عَلِمْتَ أنَّ الشَّيْطانَ لا يَغْفُلُ عَنْكَ فَلا تَغْفُلْ أنْتَ عَمَّنْ ناصِيَتُكَ بِيَدِهِ.
Seandainya engkau tahu bahwa syaitan tidak pernah sekejap pun lupa kepadamu, maka jangan-lah sekejap pun engkau lupa kepada Allah yang nasibmu berada dalam kekuasaan-Nya.

Matan Al-Hikam Dan Terjamahannya Dari Hikmah 200-218

لا تُدْهِشْكَ وارِداتُ النِّعَمِ عَنِ القِيامِ بِحُقوقِ شُكْرِكَ. فإنَّ ذلِكَ مِمّا يَحُطُّ مِنْ وُجودِ قَدْرِكَ.
Janganlah datangnya nikmat malah membuatmu panik untuk memenuhi kewajiban syukurmu. Sebab, itu bisa merendahkan kedudukanmu

تَمَكُّنُ حَلاوَةِ الهَوى مِنَ القَلْبِ هُوَ الدّاءُ العُضالُ.
Manisnya hawa nafsu yang telah menguasai qalbu adalah penyakit yan g sangat sulit untuk disembuhkan

لا يُخْرِجُ الشَّهْوَةَ مِنَ القَلْبِ إلّا خُوْفٌ مُزْعِجٌ أوْ شَوْقٌ مُقْلِقٌ.
Tidak ada yang bisa mengusir ajakan syahwat (yang menyesatkan) dari hati, kecuali rasa takut (kepada Allah) yang menggetarkan atau rasa rindu (kepada Allah) yang menggelisahkan

كَما لا يُحِبُّ العَمَلَ المُشْتَرَكَ لا يُحِبُ القَلْبَ المُشْتَرَكَ. العَمَلُ المُشْتَرَكُ هُوَ لا يَقْبَلُهُ، والقَلْبُ المُشْتَرَكُ لا يُقْبِلُ عَليه.
Sebagaimana Allah tidak menyukai amal yang tidak sepenuhny bagi-Nya, Allah juga tidak menyukai hati yang tidak sepenuhnya bagi-Nya. Amal yang tidak sepenuhny bagi-Nya tidak Dia terima, dan hati yang tidak sepenuhnya bagi-Nya tidak diperdulikan oleh-Nya

أنْوارٌ أُذِنَ لَها في الوُصولِ وَأَْنوارٌ أُذِنَ لَها في الدُّخولِ.
Ada cahaya yang hanya diizinkan Allah untuk sampai ke hati, dan ada pula cahaya yang di izinkan Allah untuk masuk ke dalam hati

 رُبَّما وَرَدَتْ عَلَيْكَ الأنْوارُ فَوَجَدَتِ القَلْبَ مَحْشُوّاً بِصُوَرِ الآثارِ فَارْتَحَلَتْ مِنْ حَيْثُ نَزَلَتْ.
Kadang cahaya-cahaya mendatangimu, namun mereka menemukan hatimu masih dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Maka, cahaya-cahaya itu kembali ketempat semula. Oleh karena itu, kosongkan hatimu dari segala sesuatu selain Allah, maka Allah akan memenuhinya dengan pengetahuan dan rahasia.

  فَرِّغْ قَلْبَكَ مِنَ الأَغْيارِ تَمْلأهُ بِالمَعارِفِ والأسْرارِ.

kosongkanlah hatimu dari selain Allah, agar hati itu dipenuhi dengan ilmu ma'rifat dan berbagai rahasia

لا تَسْتَبْطِئْ مِنْه النَّوالَ، وَلكِنِ اسْتَبْطئْ مِنْ نَفْسِكَ وُجودَ الإقْبالِ.
Jangan merasa karunia Allah lambat datang kepadamu, akan tetapi tengoklah diri engkau yang lambat menghadap pada-Nya

حُقوقٌ في الأوْقاتِ يُمْكِنُ قَضاؤها، وَحُقوقٌ في الأوْقاتِ لا يُمْكِنُ قَضاؤها. إذْ ما مِنْ وَقْتٍ يَرِدُ إلا وللهِ عَلَيْكَ فيهِ حَقٌ جَديدٌ وَأَمْرٌ أكيدٌ. فَكَيْفَ تَقْضي فيهِ حَقَّ غَيْرِهِ وَأنْتَ لَمْ تَقْضِ حَقَّ اللهِ فيهِ؟!
Beberapa kewajiban dalam satu waktu bisa diqadha (diganti diwaktu lain), namun tidak mungkin untuk mengqadha kewajiban waktu. Alasannya Allah mewajibkan padamu suatu kewajiban baru atau perintah tertentu untuk setiap waktu. Kemudian bagaimana engkau bisa memenuhi kewajiban yang lain, sementara engkau belum memenuhi hak Allah dalam setiap waktu itu?

 ما فاتَكَ مِنْ عُمُركَ لا عِوَضَ لَهُ، وَما حَصَلَ لَكَ مِنْهُ لا قيمَةَ لَهُ.
Bagian hidupmu yang telah berlalu tidak dapat tergantikan, dan apa yang engkau petik darinya tidak ternilai harganya

 ما أحْبَبْتَ شَيئاً إلا كُنْتَ لَهُ عَبْداً، وَهُوَ لا يُحِبُّ أنْ تَكونَ لِغَيْرِهِ عَبْداً.
Tidak engkau mencintai sesuatu, selain engkau menjadi hambanya, dan Allah tidak suka apabila engkau menjadi hamba selain-Nya

 لا تَنْفَعُهُ طاعَتُكَ وَلا تَضُرُّهُ مَعْصِيَتُكَ. وإنَّما أمَرَكَ بِهذِهِ وَنَهاكَ عَنْ هذِهِ لِما يَعودُ عَلَيْكَ.
Ketaatanmu tidaklah berguna bagi-Nya, dan kemaksiatan yang engkau lakukan pun juga tidak membahayakan-Nya. Dia menyuruh berbuat ini dan melarang berbuat itu adalah demi kepentingan dirimu sendiri.

 لا يَزيدُ في عِزِّهِ إقْبالُ مَنْ أَقْبَلَ، وَلا يَنْقُصُ مِنْ عِزِّهِ إدْبارُ مَنْ أدْبَرَ.
Tidaklah bertambah kemulyaan Allah karena seseorang mendekat kepada-Nya, dan tidak berkurang kemuliaan-Nya karena seseorang menjauhi-Nya.

 وُصولُكَ إلى اللهِ وُصولُكَ إلى العِلْمِ بِهِ، وَإلّا فَجَلَّ رَبُّنا أنْ يَتَّصِلَ بِهِ شَيْءٌ أوْ يَتَّصِلَ هُوَ بِشَيْءٍ.
Sampaimu (wushul) kepada Allah berarti sampaimu kepada ilmu tentang-Nya. Jika tidak demikian, maka Mahasuci Allah dari berkaitan dengan sesuatu, atau berkaitannya sesuatu dengan-Nya.

  قُرْبُكَ مِنْهُ أنْ تَكونَ مُشاهِداً لِقُرْبِهِ، وَإلّا فَمِنْ أيْنَ أنْتَ وَوجودُ قُرْبِهِ؟!
Kedekatanmu dengan-Nya adalah kalau engkau merenungkan kedekatan-Nya kepadamu. Kalau tidak demikian, dari mana engkau tahu wujud kedekatan-Nya itu?

الحَقائِقُ تَرِدُ في حالِ التَّجَلّي مُجْمَلَةً، وَبَعْدَ الوَعيِ يَكونُ البَيانُ. (فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ. ثُمَّ إن عَلَيْنَا بَيَانَهُ(
Hakikat-hakikat batin itu muncul pada kondisi tajalli’ secara singkat, namun penjelasannya muncul setelah datang keterangan. “Apabila kami (Allah) telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan kami-lah penjelasannya.” (Al-Qiyamah)

 مَتى وَرَدَتِ الوارِداتُ الإلهيَّةُ إلَيْكَ هَدَمَتِ العَوائِدَ عَلَيْكَ، (إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا(
Apabila datang inspirasi ilahiyah kepadamu, maka itu akan menghancurkah kebiasaan-kebiasaanmu (Firman Allah): sesungguhnya raja-raja itu, ketika masuk kedalam suatu perkampungan, mereka tentu akan membinasakannya”

الوارِدُ يًأتي مِنْ حَضْرَةِ قَهّارٍ، لِأجْلِ ذلِكَ لا يُصادِمُهُ شَيْءٌ إلّا دَمَغَهُ (بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ(
Inspirasi qalbu (Al-warid) itu berasal dari hadirat Yang Mahakuasa. Siapa saja yang berhadapan dengan-Nya pasti akan dimusnahkan. (Firman Allah): sebenarnya kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap (al-Anbiyaa’:18)

كَيْفَ يَحْتَجِبُ الحَقُّ بِشَيْءٍ وَالَّذي يَحْتَجِبُ بِهِ هُوَ فيهِ ظاهِرٌ، وَمَوجودٌ حاضِرٌ.
Manamungkin Al-Haq (Allah) dapat terhalangi (terhijab) oleh sesuatu, padahal Dia Tampak, Maujud, dan Hadir dalam apa yang (dianggap) sebagai hijab itu

Matan Al-Hikam Dan Terjamahannya Dari Hikmah 183-199

كُلُّ كَلامٍ يَبْرُزُ وَعَلَيْهِ كِسْوَةُ القَلْبِ الَّذي مِنْهُ بَرَزَ.
Setiap ucapan yang keluar pasti menunjukkan kondisi hati yang mengucapkannya

 مَنْ أُذِنَ لهُ في التَّعْبيرِ فُهِمَتْ في مَسامِعِ الخَلْقِ عِبارَتُهُ، وَجُلِّيَتْ إلَيْهِمْ إشارَتُهُ.
Siapa yang telah diberi izin oleh Allah untuk menyampaikan ajaran, maka apa yang diucapkannya akan dapat dipahami oleh yang mendengarnya, dan isyarat-isyarat yang ia berikan akan terang diterima oleh mereka

 رُبما بَرَزَتِ الحَقائِقُ مَكسوفَةَ الأنْوارَ إذا لَمْ يُؤْذَنْ لَكَ فيها بِالإظْهارِ.
Adakalanya cahaya wawasan (ilmu) hakikat itu memudar tatkala engkau belum diberi izin (oleh Allah) untuk mengungkapkannya

عِباراتُهُم إمّا لِفَيَضانِ وَجْدٍ، أوْ لِقَصْدِ هِدايَةِ مُريدٍ. فالأوَّلُ حالُ السّالِكينَ، والثّاني حالُ أرْبابِ المَكِنَةَ والمُحَقِّقينَ.
Apa yang disampaikan oleh mereka bisa jadi karena luapan perasaan yang melimpah di dalam hati, atau untuk memberi petunjuk pada seorang murid. Yang pertama adalah keadaan para salik (penempuh jalan), sedangkan yang kedua adalah keadaan pembimbing spiritual yang telah sangat matang dalam ilmu hakikat

 العِباراتُ قُوتٌ لعائِلَةِ المُسْتَمِعينَ، وَلَيْسَ لَكَ إلّا ما أنْتَ لَهُ آكِلٌ.
Tutur kata yang bijak itu ibarat hidangan makanan bagi mereka yang mendengarkan, dan jatahmu hanyalah apa yang engkau makan darinya

 رُبَّما عَبَّرَ عَنِ المَقامِ مَنْ اسْتَشْرَفَ عَلَيْهِ، وَرُبَّما عَبَّرَ عَنْهُ مَنْ وَصَلَ إلَيْهِ، وَذلِكَ يَلْتَبِسُ إلّا عَلى صاحِبِ البَصيرَةِ.
Bisa jadi orang yang menerangkan suatu tahapan spiritual (maqam) adalah orang yang baru ingin sampai pada tahapan itu. Kadang pula orang itu telah sampai pada tahapan yang dimaksud. Yang demikian itu memang tampak kabur (samar), kecuali bago orang-orang yang memiliki ketajaman mata batin

 لا يَنْبَغي لِلسّالِكِ أنْ يُعَبِّرَ عَنْ وارِداتِهِ؛ فإنَّ ذلِكَ يُقِلَّ عَمَلَها في قَلبِهِ وَيَمْنَعْهُ وُجودَ الصِّدْقِ مَعَ رَبِّهِ.
Tidaklah pantas seorang salik (penempuh jalan) mengungkapkan karunia warid yang telah ia dapatkan. Sebab, yang demikian itu akan mengurangi pengaruh warid dalam hatinya, dan menghalanginya dari ketulusan kepada Rabbnya

لا تَمُدَّنَ يَدَكَ إلى الأخْذِ مِنَ الخَلائِقِ، إلّا أنْ تَرى أنَّ المُعْطِيَ فِيهِمْ مَوْلاكَ. فإنْ كُنْتَ كَذلِكَ فَخُذْ ما وافَقَ العِلْمَ.
Janganlah sekali-kali kalian ulurkan tangan untuk menerima pemberian dari makhluk, kecuali engkau menyadari bahwa pemberi yang sejati di balik mereka itu ialah Rabbmu. Apabila engkau mampu berlaku demikian, maka terimalah apa yang sesuai dengan ilmu yang engkau pahami

 رُبَّما اسْتَحْيا العارِفُ أنْ يَرفَعَ حاجَتَهُ إلى مَوْلاهُ اكْتِفاءً بِمَشيئَتِهِ. فَكَيْفَ لا يَسْتَحْيي أنْ يَرْفَعَها إلى خَليقَتِهِ.
Terkadang seorang ‘arif merasa malu meminta sesuatu yang ia butuhkan kepada Rabbnya, karena telah merasa puas mengikuti kehendak-Nya. Maka mana mungkin ia tidak malu untuk meminta sesuatu kepada makhluk-Nya

إذا التَبَسَ عَلَيْكَ أمْرانِ فانْظُرْ أثْقَلَهُما عَلى النَّفْسِ فَاتَّبِعْهُ، فَإنَّهُ لا يَثْقُلُ عَلَيْها إلّا ما كانَ حَقّاً.
Apabila ada dua hal yang membuat kalian bingung (memilihnya), maka perhatikanlah mana yang lebih memberatkan hawa nafsu kalian, lalu ikutilah. Sebab, tidak akan memberatkan hawa nafsu selain hal yang benar

مِنْ عَلاماتِ اتِّباعِ الهَوى المُسارَعَةُ إلى نَوافِلِ الخَيْراتِ، وَالتَّكاسُلُ عَنِ القِيامِ بِالواجِباتِ.
Di antara tanda memperturutkan hawa nafsu adalah bergegas dalam amalah sunnah, namun malas dalam melaksanakan amalan wajib.

 قَيَّدَ الطّاعاتِ بِأعْيانِ الأوْقاتِ كَيْ لا يَمنَعَكَ عَنها وُجودُ التَّسْويفِ. وَوَسَّعَ عَلَيْكَ الوَقْتَ كَيْ تَبْقى لَكَ حِصَّةُ الاخْتِيارِ.
Allah sengaja menetapkan waktu-waktu tertentu untuk beribadah, agar engkau tidak sampai tertinggal karena menunda mengerjakannya. Dan Allah memberi keluasan waktu bagimu, agar tetap ada kesempatan untuk memilih

عَلِمَ قِلَّةَ نُهوضِ العِبادِ إلى مُعامَلَتِهِ، فَأوْجَبَ عَلَيْهِمْ وُجودَ طاعَتِهِ، فَساقَهُمْ إلَيْهِ بِسَلاسِلِ الإيْجابِ. “عَجِبَ رَبُّكَ مِنْ قَوْمٍ يُساقونَ إلى الجَنَّةِ بِالسَّلاسِلِ”.
Allah Mahamengetahui tentang kemalasan hamba-Nya dalam berhubungan dengan-Nya, sehingga dia menjadikan ketaatan kepada-Nya sebagai kewajiban mereka. Lalu Allah menggiring mereka kepada ketaatan dengan rantai kewajiban. Rabbmu kagum dengan orang-orang yang digiring ke syurga dengan menggunakan rantai tersebut.

  أوْجَبَ عَلَيْكَ وُجودَ خِدْمَتِهِ، وَما أوْجَبَ عَلَيْكَ إلا دُخولَ جَنَّتِهِ.
Allah mewajibkanmu berkhidmat (mengabdi) kepada-Nya, dan Dia tidak mewajibkan sesuatu kecuali ada balasan masuk syurga-Nya

مَنْ اسْتَغْرَبَ أنْ يُنْقِذَهُ اللهُ مِنْ شَهْوَتِهِ، وَأنْ يُخْرِجَهُ مِنْ وُجودِ غَفْلَتِهِ. فَقَدِ اسْتَعْجَزَ القُدْرَةَ الإلهِيَّة، (وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا(
Barangsiapa yang merasa heran kalau Allah sampai menyelamatkannya dari pengaruh buruk syahwatnya, atau mengentaskannya dari jerat kelalaian, maka berarti ia telah menganggap lemah kekuasaan Allah. dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu

 رُبَّما وَرَدَتِ الظُّلَمُ عَلَيْكَ، لِيُعَرِّفَكَ قَدْرَ ما مَنَّ بِهِ عَلَيْكَ.
Kadang kegelapan mendatangimu, karena Allah hendak menyadarkanmu atas besarnya nikmat yang telah Dia berikan kepadamu

مَنْ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَ النِّعَمِ بِوجْدانِها عَرَفَها بِوُجودِ فُقْدانِها.
Orang yang tidak mengetahui nilai nikmat tatkala memperolehnya, maka ia akan mengetahuinya tatkala sudah terlepas dari dirinya (nikmat itu)

Kalam Tuan syaikh Abdul Qodir Bagian Awal Tentang I'tirod

 قال سيدنا الشيخ محي الدين ابو محمد عبد القدير رضي الله عنه بكرة يوم الأحد بالرباط ثالث الشوال سنة خمس وأربعين وخمسمائة،  Sayidina syaikh ab...