Dalam Kamus Bahasa Indonesia, sastra adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari).
Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual disamping konsumsi emosi.
Sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai media pemaparnya. Akan tetapi, berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari, bahasa dalam karya sastra memiliki kekhasan sendiri.
Ada sejumlah definisi mengenai sastra yang perludi pertimbangkan, dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain:
- Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.
- Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.
- Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya masyarakat yang melatar belakanginya.
- Analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan seberapa jauh peranannya dalam mengubah struktur kemasyarakatan.
- Analisis yang berkaitan dengan manfaat karya dalam membantu perkembangan masyarakat.
- Analisis mengenai seberapa jauh kaitan langsung antara unsur-unsur karya dengan unsur-unsur masyarakat.
- Analisis mengenai seberapa jauh keterlibatan langsung pengarang sebagai anggota masyarakat.
- Sosiologi sastra adalah analisis institusi sastra.
- Sosiologi sastra adalah kaitan langsung antara karya sastra dengan masyarakat.
- Sosiologi sastra adalah hubungan searah (positivistik) antara sastra dengan masyarakat.
- Sosiologi sastra adalah hubungan dwiarah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat.
- Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara sastra dengan masyarakat.
- Pemahaman yang berkaitan dengan aktivitas kreatif sebagai semata-mata proses sosiokultural.
- Pemahaman yang berkaitan dengan aspek-aspek penerbitan dan pemasarankarya.
Karya sastra imajinatif menjelaskan tentang fakta kehidupan juga realitas kehidupan. Sastrawan bersentuhan dengan realitas dan kemudian menafsirkannya, menjelaskannya, atau bereakasi demikian, sastra imajinatif lebih bertugas untuk menerangkan, menjelaskan, memahami, membuka pandangan baru, memberikan makna kepada realitas kehidupan. Dengan kata lain, sastra imajinatif “menyempurnakan” realitas agar manusia lebih mengerti dan bersikap yang semestinya terhadap realitas kehidupannya. Fakta atau realitas hidup sehari-hari tidak begitu penting dalam sastra imajinatif, karena memang tujuannya bukan memberikan informasi tentang fakta kepada pembacanya. Kaitan sastra imajinatif dengan realitas: sastra imajinatif memberi makna yang baru terhadap realitas, meskipun dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan realitas.
Sebagai sebuah dunia miniatur, karya sastra berfungsi untuk menginventarisasikan sejumlah besar kejadian-kejadian, yaitu kejadian-kejadian yang telah dikerangkakan dalam pola-pola kreativitas dan imajinasi. Pada dasarnya, seluruh kejadian dalam karya, bahkan juga karya-karya yang termasuk ke dalam genre yang paling absurd pun merupakan prototype kejadian yang pernah dan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ciri kreativitas dan imajinasinya, sastra memiliki kemungkinan yang paling luas dalam mengalihkan keragaman kejadian alam semesta kedalam totalitas naratif semantis, dari kuantitas kehidupan sehari-hari ke dalam kualitas dunia fiksional.
Karya sastra adalah seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk didalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan, semangat, kepercayaan dan keyakinan sebagai unsur sastra yang sulit dibuat batasannya.
Karya sastra adalah karya yang dibuat oleh pengarang atau sastrawan. Tujuannya adalah memberi kesan dan menghibur kepada pembacanya. Sebuah karya sastra tidak akan terlepas dari fiksionalitasnya yang menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan Tuhan. Selain itu, karya sastra juga memiliki tujuan estetik, sebuah karya tetap merupakan cerita yang menarik, memiliki bangunan struktur yang koheren dan bernilai estetis.
Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra “menyajikan kehidupan”, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia.
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra, Sosiologi berasal dari akar kata sosio (yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra dari akar sas (Sansakerta) berarti mengarahkan, mengajar memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra adalah kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik.
Studi sosiologis didasarkan atas pemahaman bahwa setiap fakta kultural lahir dan berkembang dalam kondisi-kondisi sosial historis tertentu. Sistem produksi karya seni, karya sastra khususnya, dipandang sebagai akibat hubungan-hubungan bermakna interaksi antar individu disatu pihak, hubungan-hubungan bermakna individu dan kelompok dengan struktur sosial dipihak lain. Sistem produksi karya sastra dengan sendirinya tidak hanya didasarkan atas komunikasi linear antara pengarang, penerbit, patron, dan masyarakat pembaca pada umumnya, melainkan juga tradisi dan konvensi sebagai warisan literernya.
Sosiologi sastra adalah lebih merupakan salah satu pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang mana masyarakat selalu erat dan melekat dalam kehidupan. Karya sastra merupakan dokumen sosial yang direfleksikan pada waktu sastra tersebut dibuat. Penelitian sosiologi sastra dipandang sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya pada waktu tertentu.
Penelitian sosiologi sastra mengungkap refleksi tiga hal, yaitu ras, waktu, dan lingkungan, karena ketiga hal tersebut mencerminkan iklim rohani suatu kebudayaan yang melahirkan seorang pengarang beserta karyanya.
Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala-gejala alam. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Dalam penelitian sosiologi sastra dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pertama adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi sastra. Masalah yang berkaitan disini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra.
Kedua adalah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.
Ketiga adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan, dan perkembangan sosial. Adalah pertanyaan yang termasuk dalam ketiga jenis permasalahan diatas: sosiologi pengarang, isi karya sastra yang bersifat sosial, dan dampak sastra terhadap masyarakat.