A.Pengertian budaya
Edward burnett (dalam Saefullah, 2012:87) “Budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan/perccaya, seni, moral, hukum, adat istiadat dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat”. Budaya adalah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah-masalah adaptasi internal dan eksternal yang resmi dan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, budaya diajarkan dan diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut.
Kebudayaan secara lebih luas, merupakan salah satu karakteristik anggota masyarakat, termasuk peralatan, pengetahuan dan cara berpikir dan bertindak yang telah dipelajari dan disebarkan serta bukan merupakan hasil pewaris biologis (Mahmud & Ija Suntana, 2012:43). Budaya juga menjadikan kekuatan penggerak yang membangkitkan semangat dalam beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik di dalam maupun di luar organisasi, dengan adaptasi, kehidupan dapat berjalan secara harmonis, tenteram, aman dan damai. Karena esensi adaptasi sesungguhnya adalah saling menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
B.Faktor-faktor pembentukan budaya
Faktor-faktor yang menjadi pembentuk kebudayaan adalah sebagai berikut:
- Pola pikir manusia yang terus berevolusi dalam mempersepsikan alam dan kehidupan.
- Pola hidup yang ditunjang oleh berbagai penunjang hidup.
- Pola tingkah laku yang diikat oleh nilai-nilai.
- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan.
- Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
- Kebudayaan sebagai benda-benda hasil masyarakat. yang melatar belakangi berdirinya suatu lembaga pendidikan, kemudian adanya aktifitas sebagi realisasi dari ide tersebut, kemudian aktifitas tersebut membutuhkan alat atau perangkat.
Schein mengatakan bahwa, budaya organisasi adalah suatu pola asumsi dasar, diciptakan, diketahui, atau dikembangkan oleh suatu kelompok untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, sehingga dianggap perlu diajarkan kepada para anggota baru sebagai cara memandang, berpikir dan berperasaan mengenai masalah yang dihadapinya. Budaya organisasi mengacu pada pandangan hidup dalam suatu organisasi (Soetopo, 2010:125).
Hodge (dalam Saefullah, 2012: 96) menegaskan bahwa budaya organisasi sebagai konstruksi dari dua tingkat karakteristik, yaitu karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) dan yang tidak kelihatan (unobservable). Pada level observable, budaya organisasi mencakup beberapa aspek organisasi, seperti arsitektur, ragam, pola perilaku, peraturan, legenda, mitos, bahasa dan seremoni yang dilakukan organisasi. Sementara pada level unobservable, budaya organisasi mencakup nilai dan norma, kepercayaan, asumsi-asumsi para anggota organisasi untuk mengelola masalah dan keadaan sekitarnya. Budaya organisasi juga dianggap sebagai alat untuk menentukan arah organisasi, mengarahkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, cara mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber daya organisasi dan alat untuk mengatasi masalah dan peluang dari lingkungan.
Budaya organisasi disebut juga dengan budaya kerja karena tidak bisa dipisahkan dengan kinerja sumber daya manusia. Penyatuan pandangan dari sumber daya manusia pada organisasi diperlukan dalam bentuk ketegasan dari organisasi, yang dituangkan dalam bentuk budaya kerja yang akan mencerminkan spesifikasi dan karakter organisasi tersebut.
Dalam proses pengembangannya, budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
- Kebijakan organisasi.
- Gaya organisasi.
- Jati diri organisasi.
D.Faktor-faktor penguat budaya organisasi
Pada umumnya, budaya yang kental dalam organisasi cenderung sulit untuk menerima perubahan, karena sistem nilai yang tumbuh dan dianut telah mengakar kuat dalam sanubari setiap anggota organisasi, sehingga sulit untuk dirubah begitu saja, sebaliknya budaya yang tidak kuat kadang kala menguntungkan organisasi terutama pada saat organisasi berada dalam lingkungan yang tidak stabil dan menuntun adanya fleksibelitas yang tinggi.
Untuk mengetahui kekuatan suatu organisasi, menurut Sathe (dalam Soetopo, 2010:137) dapat diidentifikasikan melalui tiga ciri, yaitu:
- Kekentalan budaya (thickness of culture), diukur melalui jumlah asumsi bersama. Budaya kental mempunyai banyak asumsi, sedangkan budaya encer sedikit asumsinya;
- Tingkat kebersamaan (extent of sharing), lapisan demi lapisan dianut bersama;
- Kejelasan peraturan (clarity of ordering), dua faktor yang mempengaruhi kekuatan budaya organisasi adalah jumlah anggota organisasi dan penyebaran geografis.
Menurut Soetopo (2010:136), budaya organisasi dibagi dalam empat variasi, yaitu:
1)Budaya birokratik
Suatu organisasi yang mempunyai formalisasi nilai peraturan standar prosedur operasi dan koordinasi hirarkis. Perhatian jangka panjang dalam birokrasi, efisiensi dan stabilitas dapat diperkirakan. Manajer memandang peran mereka sebagai koordinator yang baik, organisator dan memperkuat standar dan aturan tertulis. Tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk seluruh anggota organisasi dirumuskan dengan jelas.2)Budaya clan
Budaya clan mempunyai atribut tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi ekstensif, tim kerja, manajemen diri dan pengaruh sosial. Komitmen individual jangka panjang pada organisasi diganjar dengan komitmen jangka panjang organisasi terhadap anggota orgnisasi. Anggota organisasi mempunyai perasaan yang kuat untuk mengidentifikasi diri dan bahwa mereka saling bergantung. Komunikasi dan integrasi didukung oleh tujuan bersama, persepsi dan kecenderungan perilaku.3)Budaya entrepreneurial
Budaya entrepreneurial menunjukan tingkat pengambilan resiko yang tinggi, dinamis dan kreatifitas. Ada komitmen terhadap eksperimentasi dan inovasi. Budaya ini tidak hanya cepat bereaksi terhadap perubahan lingkungan tetapi juga menciptakan perubahan.4)Budaya pasar
Budaya pasar merupakan budaya nilai yang akan dicapai dengan terukur dengan disertai oleh anggota organisasi untuk mencapai sasaran. Persaingan yang berlangsung keras dan orientasi keuntungan memperkuata organisasi. Sementara itu, organisasi menjanjikan suatu tingkatan ganjaran sesuai jadwal yang disetujui.Karakteristik budaya oranisasi terbagi ke dalam sepuluh bagian, diantaanya:
- Inisiatif individual;
- Toleransi terhadap tindakan beresiko;
- Pengarahan;
- Integrasi;
- Dukungan manajemen;
- Kontrol;
- Identitas;
- Sistem imbalan;
- Toleransi terhadap konflik;
- Pola komunikasi (Saefullah, 2012:101).
gada daftar isinya ya?
ReplyDelete