Biografi Syekh abdul qadir al jailani


Nama lengkapnya adalah abu muhammad muhyiddin abdul qadir bin abi shalih musa janka dausat bin abdullah al jailani. Beliau dilahirkan pada bulan ramadhan 471 h/ 1077 m di jailan thabaristan. Beliau masih keturunan dari rosulullah saw dari fathimah ra. Dan ali bin abi thalib, khalifah iv dari khulafaur rasyidin.

Silsilah beliau selengkapnya adalah abu muhammad abdul qadir bin abi shalih musa bin abdulah bin yahya alzahid bin muhammad bin daud bin musa bin abdullah bin musa al jawa bin abdullah almahdi bin hasan bin hasan bin ali bin abi thalib bin abdul muthalib bin hasyim bin abdi manaf bin qushay bin kilab bin murrab bin ka’ab bin lu’ayyi bin fahr bin malik bin nadlar bin kinanah bin khuzaimah bin mudrikah bin ilyas bin mudlar bin nazar bin ma’ad bin adnan bin addi bin adad bin hamiyasa bin salaman bin binta bin shalil bin jamal bin haidlar bin ismail as bin ibrahim khalilullah as.

Biliau sejak lahir sudah menunjukan tanda-tanda keistimewaan luar biasa dibanding bayi lain pada umumnya. Saat beliau lahir adalah bertepatan dengan bulan ramadhan dimana islam sedang menjalankan ibadah puasa. Disaat itu bayi beliau tidak mau disusui pada siang hari. Barulah pada saat orang islam berbuka puasa beliau merengek-rengek meminta disusui.

Beliau tergolong pemuda yang cerdas, pendiam, berbudi pekerti luhur, penurut nasihat orang tua, dan sering bermenung diri ambil manfaat nalarnya, cinta akan ilmu pengetahuan dan senang melakukan riadlah dan mujahada melawan hawa nafsu, mencintai faqir miskin dan gemar beramal ma’ruf sesama manusia.

Mula-mula beliau belajar al-quran dan setelah hafal beliau belajar ilmu fiqih menurut madzhab ahmad bin hambal kepada syaikh abdul wafa dan syaikh abdul khatab al-kalwazani. Dalam sastra dan bahasa arab beliau belajar kepada abul husain abu ya’la. Dalam bidang tasauf dan tarikat beliau belajar kepada syaikh hammad al dibas dan ibnu sa’ad almubarak dan sebagainya.
Dalam menuntut ilmu. Beliau tidak hanya pada satu atau dua orang, beliau juga belajar pada beberapa orang guru, hingga beliau mengembara keberbagai negara islam, seperti persia. Irak mesir, jazirah arab dan akhirnya menetap di baghdad. Diantara guru-guru beliau yang lain adalah abu ghalib muhammad alhasan bin ahmad al hasan al baqilan. Abu ghanim muhammad bin ali zakariya yahya bin ali al tabrisi bin ulama-‘ulama terkemuka lainya yang tersebar diberbagai negara islam yang beliau kunjungi selama pengembaraan,

Beliau hidup dengan mandiri dari hasil usahanya sendiri, dengan kehidupan zuhud. Wara’. Banyak ibasah sebagaimana seorang sufi lainnya, sambil berda’wah, memberikan pelajaran, dan menjadi guru besar dalam tharikat yang kemudian hari diberi nama dengan nama beliau sendiri. Yaitu tharikat qadiriyah. Beliau termasuk orang pertama yang menyusun tharikat menurut organisasi dalam satu disiplin ilmu tertentu.

Syaikh abdul qadir al jailani adalah seorang tokoh sufi  terbesar kekeramatannya serta ketinggian detajat kewaliannya diakui seluruh kalangan dunia sufi dalam dunia islam. Beliau memang terkenal sangat kuat riyadlahnya, diceritakan, bahwa beliau sebelum bertemu dengan gurunya, beliau pernah berjumpa dengan seorang laki-laki yang berkata bahwa bila abdul qadir mengikutinya hendaknya menunggu kedatangannya. Dan abdul qadir jailani sabar menunggu kehadiran orang tersebut sampai satu tahun.  Setelah orang tersebut datang, ia diperintahkan lagi agar tetap berada ditempat tersebut tanpa berpindah sampai ia datang lagi. Dan beliau tetap sabar menunggunya. Setelah satu tahun lagi barulah orang tersebut datang kembali dengan membawa makanan. Itulah dia nabi khidir as.

Abu abdullah muhammad bin abdul fatah al warawi menceritakan, bahwa abdul qadir selama sepuluh tahun mengembara dihutan, dia tidak berbicara sepatah katapun. Selama empat puluh tahun tidak pernah tidur malam. Sesudah shalat subuh menghatamkan alquran.

Pernah beliau selama empat puluh hari menjauhi makan dan minum. Sampai kemudian gurunya, syaikh abu sa’id al mukarimi datang menemui beliau dan menghentikannya.

Kebiasaan setiap waktunya memperbanyak shalat sunat, malam harinya membaca surat al muzammil, arrahman, al ikhlas masing-masing seratus kali, membaca asma’ul enam ratus enam puluh kali, sesudah shalat maghrib membaca shalawat pada nabi sebanyak seribu kali, ba’da shalat dzuhur dan ashar menyampaikan “do’a pedang”

Syaikh abdul qadir al jailani dikenal oleh masyarakat luas sebagai waliyullah dan memiliki banyak kekeramatan luar biasa yang diberikan oleh allah. Diantaranya adalah sebagaimana disebutkan dalam satu riwayat, bahwa pada satu hari, ketika syaikh abdul qadir aljailani sedangduduk mengajar, kebetulan hari itu angin bertiup sangat kencang. Tiba-tiba lewat seekor burung elang dan menjerit-jerit, sehingga yang hadir di majlis pengajian itu menjadi terkejut. Tetapi syaikh abdul qadir al jailani berkata: “hai angin, ambilah kepala elang itu”

Tiba-tiba jatuhlah burung elang tersebut setelah kepalanya putus disambar angin. Kemudian elang itu dipungut oleh syaikh abdul qadir aljailani. Lalu di usap-usapnya burung tersebut dengan membaca bismilahirrahmanirrahim. Maka dengan idzin allah hidup kembali dan terbang keudara seperti sedia kala. Hal itu disaksikan oleh seluruh hadirin dengan mata kepala yang mengikuti pengajian. Mereka kagum dengan kekeramatan syaikh abdul qadir aljailani.

Kekeramatan beliau memang dikenal luas dikalangan kaum sufi. Dalam hal ini abdullah bin qudamah (541-620 H) ahli fiqih madzhab hambali yang terkenal mengatakan: “tidak pernah saya mendengar kekeramatan yang banyak dibicarakan sebagaimana yang dibicarakan tentang abdul qadir al jailani dan tidak kulihat orang-orang begitu memuliakan sebagaimana orang memuliakannya”. Ibnu katsir menguraikan tingkah lakunya sebagai “orang yang tangguh dalam amal ma’rf nahyi mungkar, berbuat positif, zuhud, wara’, dan sufi yang disegani”. Sedang ibnu taimiyah menyatakan bahwa “tharikat abdul qadir al jailani adalah tharikat yang dibenarkan oleh syara’”.

Sebagai gambaran banyknya kekeramatan beliau, disini perlu disebutkan beberapa kekeramatan beliau. Diantaranya adalah pada satu ketika, datang seorang laki-laki penduduk baghdad syaikh abdul qadir al jailani, meminta bantuan karena anak gadisnya telah dilahirkan oleh jin dari atas suthuh rumahnya. Syaikh abdul qadir al jailani berkata:” malam ini pergilah kamu pada bekas runtuhan-runtuhan bumi, dan duduklah kamu diatas bukit yang kelima dan goreslah bumi berupa lingkaran sambil membaca bismilah ketika kamu menggores bumi atas abdul qadir. Apabilah telah jauh malam maka akan datang kepadamu beberapa rombongan jin dengan berbagai bentuk rupanya yang menakutkan. Tetapi kamu jangan takut kepada mereka. Kemudian pada waktu dini hari, datang pula kepadamu raja mereka dalam angkatan yang besar, dia akan bertanya tentang hajatmu. Maka jawablah secara terus terang, demikian : aku telah menemui syaikh abdul qadir al jailani, dan seterusnya bicarakan prihal anakmu yang hilang itu kepadanya.

Selanjutnya laki-laki itu pergilah ketempat tersebut dan dilaksanakannya apa yang dikatakan beliau, dan ternyata memang betul, apa yang dikatakan beliau benar-benar terjadi.  Yaitu datanglah rombongan jin yang menakutkan tetapi mereka tidak berani melewati goresan atau lingkaran, dimana laki-laki itu berada didalamnya. Raja jin itu berkata: “hai manusia, apa maksudmu datang kemari”. Laki-laki itu menjawab: “aku menemui syaikh abdul qadir al jailani dan diperintahkanya datang kemari:. Lalu diceritakannya tentang anak gadisnya itu. Mendengar nama syaikh abdul qadir aljailani, maka dengan serta merta raja jin itu turun dari atas kudanya bersujud kebumi, kemudian raja jin itu memerintahkan kepada anak buahnya yang telah menculik anak gadis itu supaya mengembalikan kepada laki-laki tersebut.

Adapun sebab penculikan itu, ialah karena jin itu jatuh hati kepada anak gadis tersebut. Kabarnya yang melakukan penculikan itu adalah jin yang tinggal di negri cina. Akhirnya gadis itu segera dikembalikan kepada orang tuanya, laki-laki itu, karena mereka takut kepada syaikh abdul qadir al jailani, quthub bagi jin dan manusia.

Abu sa’id abdullah bin muhammad at tamimi menceritakan : “ketika aku masih mudah, aku memasuki negri baghdad untuk menuntut ilmu. Waktu itu aku bersahabat dengan ibnu as siqa. Kami bersama-sama nemgerjakan ibadah dan menziarahi para ‘ulama dan orang-orang sholeh lainya. Pada waktu itu dibaghdad ada seorang laki-laki yang berkedudukan sebagai ghauts yang dikatakan kadang-kadang ia nampak berada ditengah-tengah masyarakat. Dan kadang-kadang ia menghilang entah kemana, seorangpun tiada yang tahu. Aku, ibnu as siqa dan abdul qadir al jailani bermaksud menziarahi al ghauts tersebut. Ketika dalam perjalanan, berkatalah ibnu as siqa: “hari ini aku akan bertanya kepadanya suatu masalah yang menurutku dia tidak akan dapat menjawabnya:. Kemudian abdul qadir al jailani berkata: “aku berlindung kepada allah dari suatu pertanyaan, aku hanya menanti berkat daripadanya, lalu kamipun duduk. Maka dengan tiba-tiba dia duduk didekat kami bertiga, dan memandang ibnu as siqa dengan pandangan marah, lalu dia berkata :“rugilah engkau hai ibnu siqa, engkau akan menanyakan suatu masalah yang tidak akan aku jawab- berarti engkau memujiku – padahal masalahmu itu adalah begini dan jawanannya begini. Semua dapat kujawab karena itu, aku melihat api kufur menyala-nyala pada dirimu”. Kemudian al gauts memandang kepadaku dan berkata: “hai abdullah, engkau ingin bertanya sesuatu masalah engkau itu begini dan jawabany .... dan engkau akan dikotori dengan dunia hingga sampai kedua kupingmu, disebabkan buruk adabmu”.

Selanjutnya al gauts memandang kepada abdul qadir al-jailani sambil mendekatinya dan memuliakannya serta berkata: “hai abdul qadir sesungguhnya engkau telah meridlohkan allah dan rasul-Nya dusebabjan beradab, seolah-olah aku melihatmu di baghdad ini, engkau didik diatas kursi mengajar mengajar sekalian manusia. Engkau mengatakan bahwa telapak kakimu berada dipundak setiap wali. Dan aku melihat sekalian auliya (para wali) ketika itu merendahkan diri dan pundaknya karena memuliakan engkau”.

Kemudian seketika itu juga dia hilang dari sisi kami. Demikian cerita abu sa’id abdullah bin muhammad at tamimi.

Apa yang dikatakan al gauts tersebut tentang abdul qadir al jailani adalah benar, dan di akui kelebihannya oleh para wali. Adapun ibnu siqa sejak itu jadi rajin menuntut ilmu, sehingga dia benar-benar menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dan mempunyai kelebihan dari ahli lainnya dimasanya. Bahkan namanya labih terkenal karena pandai berhujjah atau berdebat dalam segala bidang ilmu. Apalagi lidahnya fasih dan budi pekertinya luhur. Kerena itu dia didekati oleh khalifah. Kemudian khalifah mengangkatnya menjadi utusan ke negeri rum. Setibanya di sana. Raja rum kagum melihat luas ilmunya. Kefasihan lidahnya dan kebaikan akhlahknya. Karena itu pula raja mengumpulkan semua ulama dan cendik-cendikiawan dalam negeri untuk berhujjah dengan ibnu siqa. Tetapi setelah berdebat dalam beberapa masalah, ternyata ibnu syiqa lebih unggul dari seluruh mereka. Maka raja rum pun bertambagh hormat kepadanya.

Kemudian pada suatu hari, terlihat oleh ibnu syiqa seorang putri raja, maka hatinya jatuh cinta pada putri tersebut, dan akhirnya melamar untuk dijadikan istrinya. Raja menolak pinangannya, kecuali dengan syarat ibnu syiqa harus masuk agama nasrati (kristen). Maka mau tidak mau ibnu syiqa pun menerima syarat tersebut. Dam masuklah ia menjadi pemeluk agama nasrani.

Setelah kejadian itu, barulah dia teringat kepada perkataan al ghauts dahulu. Terngiang ditelinganya kata-kata: “rugilah engkau hai ibnu syiqa ... aku melihat api kufur menyala-nyala pada dirimu”. Hal itu disebabkan oleh kesalahnnya sendiri telah melanggar adab, merasa diri lebih tinggi dan lebih pandai daripadda orang lain.
Pada suatu hari, ketika sedang mengajar, syaikh abdul qadir al jailani mengatakan: “telapak kakuku ini berada di atas pundak para wali allah, baik ditimur maupun di barat semuanya merendahkan pundaknya”.

Disamping itu terdapat seorang laki-laki di negri ashfahan yang tidak mau merendahkan pundaknya, lalu dia ditinggalkan saja. Sedangkan abu madyan dari negri maghribi merendahkan pundaknya, padahal itu sedang berada di negrinya ketika menjawab pertanyaan sahabat-sahabatnya tentang hal ini, katanya: “sayyidi abdul qodir berkata pada saat ini, bahwa telapak kakinya berada di atas pundak para wali”, dan perkataan ini didengar pula oleh sayidi ahmad ar rifa’i di negri ummu ‘ubaidah, maka diapun merendahkan dirinya terhadap syaikh abdl qadir al jailani

Syaikh abdul qadir al jailani mengajar di pesantren yang dibangunnya sendiri di baghdad dan dipesantren ini pula berdiri pusat kegiatan (ribath) tharikatnya. Beliau banyak memberikan wejangan kepada para muridnya untuk selalu takut dan patuh kepada allah dan rasuln-Nya. “janganlah kamu membangkang dan membuat bid’ah. Bersabarlah atas segala apa yang terjadi dan yang akan terjadi dengan ridho dan ikhlas menerimanya. Karena semua yang terjadi itu adalah atas kehendak allah dan menyatukan diri dengan kehendak allah itu”.
“bukalah mata jasmani dan mata ruhani lebar-lebar terhadap dunia yang selalu mengecoh, hadapi dengan menghilangkan hawa nafsu, jangan dibiarkan ajakannya dan bawa kearah pengabdian diri kepada allah”.
“kalau engkau ditimpah musibah, jangan dirintangi musibah itu dengan do’a untuk menolaknya. Jangan engkau enggan dan berkeluh kesah menerimanya terima semua itu untuk ditingkatkan kejenjang dekat diri kepada allah. Demikian juga sebaliknya bila engkau menerima berbagai nikmat dan karunia.  Jangan lupa dan mengikat diri dan diperbudak oleh berbagai nikmat itu hingga lupa terhadap pemberi nikmat dan kerunia itu”.
“jangan merendahkan tangan kepada manusia dan jangan mengikat diri kepada mereka karena ibadah dan pertolongan itu semata-mata kepada allah swt. Sesungguhnya yang ada hanya allah, tiada pelaku lain selain dia, tak ada kebajjikan. Keburukan, kerugian keuntungan, manfaat, anugrah, kematian dan kehidupan serta kekayaan dan kemiskinan melainkan semuanya itu ada di tangan allah”.

Janganlah kamu membuat bid’ah dalam agama, ikutilah para pewaris adil berdasarkan kepada alquran dan sunnah, karena dengan dua dasar itu akan mempertautkan kamu kepada allah, dam apabila kamu berbuat bid’ah pastilah kamu terbawa hawa mafsu yang berarti mendekatkan kamu ke api neraka”.

Syaikh abdul qadir jailani semakin lama semakin terkenal ke seluruh penjara dunia, ketenaran ini menyebabkan beberapa ulama ahli fiqih diberbagi negri baghdad ingin menguji kedalaman ilmunya. Maka pada suatu hari berkumpulah seratus orang ahli fiqih dan tokoh-tokoh ulama’ negri baghdad. Tujuan mereka tak lain adalah untuk menguji ilmu pengetahuan syaikh abdul qadir al jailani. Masing-masing mereka telah mempersiapkan masalah-masalah yang akan ditanyakan kepada syaikh abdul qadir al jailani di dalam suatu majlis. Syaikh abdul qadir jailani sudah mengertahui maksud kedatangan mereka. Lalu beliau menundukan kepala memohon pertolongan pada allah. Ketika itu tiba-tiba dari dada syaikh abdul qadir al jailani keluar kilat. Seperti cahaya kilat mennyambar-nyambar di atas dada mereka itu. Sehingga hilang lenyaplah apa yang ada di dalam dada mereka itu. Maka suasama majlis manjadi gemper. Kacau balau karena ada yang menjerit-jerit, ada yang membuka tutup kepalanya dan lain sebagainya.

Kemudian syaikh abdul qadir al jailani naik ke atas kursi dan menjelaskan masalah-masalah yang terpendam kedalam hati seratus ulama fiqih itu satu persatu. Maka merekapun mengakui kelebihan  dan kekeramatan syaikh abdul qadir al jailani. Dan merekapun meminta maaf kepada beliau.

Beliau memang terkenal sebagai waliyullah terbesar atau wali quthub. Syaikh abdurrahman at tafsunji dalam suatu majlis menyatakan: “ aku diantara para wali adalah seperti burung keriki, diantara burung-burung yang panjang lehernya”. Tiba-tiba datang seorang laki-laki dan berkata: “aku tinggal bersamamu”, aku memandang orang itu sekilas pandang, lalu dia menindukan kepalanya. Pada penglihatan tiap-tiap bulu pada bagian tubuhnya terdapat penuh dengan inayah allah. Kemudian aku suruh dia duduk dan aku bertanya kepadanya: “ darimana engkau datang..? “jawabnya: “dari baghdad. Aku adalah salah seorang sahabat abdul qadir al jailani”,

Kata syaikh abdurrahman: “aku tidak mendengar sebutan syaikh abdul qadir al jailani melainkan pada bunyi, padahal aku telah berada pada beberapa tempat dipintu hadrat selama empat puluh tahun, tiada aku melihatnya keluar masuk disana.

Rupanya orang itu diutus oleh syaikh abdul qadir al jailani untuk menemui syaikh abdurrahman di negri tafsunji dan menyampaikan salamnya. Maka salam dan kata-kata syaikh abdul qadir al jailani disampaikan oleh orang tersebut kepada syaikh abdurrahman athafsunji: “aku masuk dan keluar melalui pintu besar, suatu tempat yang engkau tidak bisa melihatku. Untuk membuktikan kebenarannya adalah dipersilahkan pakaian: ridla “untuk engkau yang diperoleh dari tanganku. Bukti kebenaran lainnya, ialah datangnya “tasyrif” pada suatu malam yaitu “tasyrif al futuh” untuk engkau dari tanganku juga. Bukti lainnya lagi engkau telah dipersilahkan dihadapkan dua belas ribu auliya’ allah dan dengan persalinan “wilayah” yaitu baju hijau yang bertulis dengan  surat al ikhlas, juga dari aku untuk engkau”, demikian ucapan syaikh abdul qadir al jailani. Setelah mendengar berita itu syaikh abdurrahmana berkata: “benar syaikh abdul qadir al jailani, karena dia adalah sultan para wali allah (quthub yang terbesar) pada waktu ini, dimana pemerintahan ada pada tangannya.

Pada suatu hari, ketika syaikh abdul qadir al jailani sedang mengajar beliau mengatakan: “telapak kakiku ini berada di atas pundak para wali allah, baik ditimur maupun dibarat semuanya merendahkan pundaknya”.
Disamping itu terdapat seorang laki-laki di negri ashfahan yang tidak mau merendahkan pundaknya, lalu dia tinggalkan saja. Sedangkan syaikh abu madyan dari negri maghribi merendahkan pundaknya. Padahal dia sedang berada di negrinya, ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan sahaba-sahabatnya seperti itu, beliau berkata: “sayyidi abdul qadir berkata saat ini: “ bahwa telapak kakinya berada di atas pundak para wali allah”, dan perkataan ini di dengar oleh syaidi ahmad rifa’i di negri ummu ubaidah maka diapun merendahkan dirinya terhadap syaikh abdul qadir al jailani.

Karamah beliau lainnya adalah diceritakan bahwa pada suatu malam beliau memunajat kepada allah swt. Di dalam khalwatnya tiba-tiba  tempat di sekelilingnya memancar suatu cahaya yang menyilaukan. Datanglah suatu suara memanggilnya sambil menseru: “hai abdul qadir al jailani. Akulah tuhanmu, datang kepadamu untuk menyatakan bahwa aku telah menghalalkan segalanya yang semula aku haramkan”.

Mendengar suara itu syaikh abdul qadir al jailani membentak dengan suara yang amat nyaring: “ikhsya yaa la’in ! keparat engkau wahai syetan ! minggat engkau dari hadapanku ! ketika itu juga cahaya yang menyilaukan itu tiba-tiba lenyap. Datanglah suara merintih: “ampunilah aku yaa syaikh, tuan telah terhindar dari godaanku, aku sengaja mengoda orang-orang yang mengaku sufi ahli thariqat, tapi bodoh tak berilmu. Sedang tuan lepas dari godaanku karena tuan orang yang berilmu”.

Ketika ditanyakan “mengapa tuan tahu bahwa cahaya yang menyilaukan dan suara itu adalah syetan ?”. beliau menjawab: “dari ucapanya sendiri”. “aku telah menghalalkan segala-galanya yang tadinya aku haramkan”. Itu jelas syetan. Allah tidak mungkin menyuruh hambaNya mengerjakan hal-hal yang telah diharamkan olehNya”.

Syaikh abdul qadir al jailani selama hidupnya telah meninggalkan warisan yang berharga bagi umat islam berupa karya tulis yang sangat berharga nilainya. Di antara karya tulis beliau yang sangat terkenal adalah:
1.       Al ghunya li thalibit thariqil haq.
2.       Al futhur rabani
3.       Futuhul goib
4.       Hizbu bashiril khairat
5.       Dan lain-lain.

Suatu ketika beliau mengatakan sesuatu kata-kata yang mengandung hikmah, yaitu “tidaklah baik bagi orang yang hendak muncul untuk memberikan petunjuk kepada manusia, sebelum dikaruniai allah tiga perkara: ‘ilmu, ‘ulama politik raja-raja dan kebijak sanaan hukama”.

Syaikh abdul qadir al jailan imerupakan salah seorang ulama besar dikalangan sufi dan diakui kewara’an dan kezuhudannya. Beliau juga di akui sebagai sulthan auliya di seluruh dunia. Sungguh amat tinggi derajatnya, luas ilmunya dan diagungkan namanya. Sebagai tokoh sufi dan pendiri thariqah qadiriyah yang pengikutnya terbesar di seluruh dunia.

Ketika beliau sakit parah dan dikata penyakit yang diderita telah memuncak, datanglah salahseorang putranya yang bernama abdul wahab meminta nasihatnya, katanya: “wahai ayahku, berilah aku wasiat apa yang harus aku kerjakan sepeninggal ayah nanti”. Beliau berkata: “engkau harus senantiasa bertaqwa kepada alllah. Janganlah bergantung kepada sesuatu kecuali kepada-Nya. Carilah segalanya dari allah”.

Demikian sebagian manaqib syaikh abdul qadir al jailani, pengikut madzhab hambali, pendiri thariqat qadiriyah, shufi terbesar dan sulthanul auliya’ ini wafat pada tanggal 11 rabi’ul akhir 561 h atau tahun 1164 m di baghdad. Beliau wafat dalam usia sembilan puluh tahu.


Kalam Tuan syaikh Abdul Qodir Bagian Awal Tentang I'tirod

 قال سيدنا الشيخ محي الدين ابو محمد عبد القدير رضي الله عنه بكرة يوم الأحد بالرباط ثالث الشوال سنة خمس وأربعين وخمسمائة،  Sayidina syaikh ab...