SEPULUH MABADI ILMU NAHWU


A.      Definisi/Ta’rif
Apa itu ilmu Nahwu?
Ilmu nahwu adalah ilmu  yang mempelajari prinsip dan prosedur mengenai hukum-hukum dalam kalimat yang berbahasa arab, susunan kalimatnya baik yang mu’rob ataupun yang mabni dan segala yang mengikuti keduanya seperti syarat nawasikh dan yang membuang a’id.
B.      Objek
Apa objek ilmu nahwu?
Para ulama ahli nahwu telah sepakat untuk menentukan bahwa objek ilmu nahwu itu bukanlah bahasa indonesia, bukan pula bahasa inggris, akan tetapi menerka menentukan bahwa yang menjadi objek ilmu tersebut adalah bahasa arab dengan melalui pembahasan dari aspek kedudukan kalimatnya.
C.      Manfaat yang dihasilkan oleh ilmu Nahwu
Apa kegunaan (manfaat) ilmu nahwu?
Tentunya ilmu nahwu tidak tercipta tanpa ada maksud dan tujuan yang pasti, ilmu ini hadir dihadapan kita dengan menawarkan berjuta keuntungan. Dan yang menjadi keuntungan menguasai ilmu ini adalah akan terjaganya pemahaman kita dari kesalahan-kesalahan mengartikan dan menerjemahkan kalimat yang berbahasa arab, juga akan menolong kita untuk mempermudah dalam memahami terhadap al-Quran dan al-Hadits.
D.      Sumber ilmu Nahwu
Dari mana sumber (istimdad) ilmu Nahwu?
Seperti yang telah dikupas di atas, jika ilmu Nahwu merupakan ilmu yang mempelajari prinsip dan prosedur atau aturan-aturan dalam bahasa arab, maka sumber atau yang menjadi barometernya adalah dari bahasa arab itu sendiri, namun sumber yang paling dominan adalah dari al-Quran, al-Hadits dan ungkapan-ungkapan orang arab yang fasih.
E.       Keunggulan/kedudukan dibanding dengan ilmu yang lain
Apa yang menjadi keunggulan ilmu Nahwu?
Ilmu ini tercipta dengan memiliki keunggulan yang luar biasa. Karena sebuah ungkapan berbahasa arab jika tidak sesuai dengan kaidah nahwunya tentu tidak akan dimengerti dan ungkapan tersebut tentu tidak otentik, oleh karena itu ilmu ini menduduki peringkat nomor satu dalam bahasa Arab.
F.       Hubungannya dengan ilmu yang lain
Bagaimana hubungan antara ilmu Nahwu dengan ilmu yang lain?
Hubungan ilmu Nahwu dengan ilmu yang lain adalah (tabayun kuliyun) aitu dalam artian ilmu Nahwu bukanlah ilmu yang lain (selain nahwu), dan begitu juga sebaliknya, ilmu yang lain juga bukan merupakan ilmu Nahwu. Namun antara ilmu Nahwu dan ilmu yang lain itu semuanya saling membutuhkan. Contoh ilmu Sharaf, ilmu Sharaf ini bukanlah ilmu Nahwu, dan sebaliknya ilmu Nahwu juga bukan merupakan ilmu Sharaf, tapi untuk memahami ilmu Sharaf tersebut kita harus melibatkan ilmu Nahwu, sebab kita tidak mungkin faham terhadap kalimah yang menjelaskan sharaf jika tidak menggunakan ilmu Nahwu. Begitu juga sebaliknya, untuk memahami ilmu Nahwu harus melibatkan ilmu Sharaf, sebab kita juga tidak mungkin serta merta memahami ilmu Nahwu jika cara memahami kalimat yang menerangkan ilmu nahwu tersebut tidak menggunakan ilmu sharaf.
G.     Namanya
Apa namanya ilmu Ini?
Namanya adalah ilmu Nahwu. Adapun arti dari nahwu ini sangat beragam sekali, menurut para ulama arti dari kata nahwu bisa mencakup tujuh arti.

H.      Masalah yang dibahas
Permasalahan apa yang dibahas dalam ilmu Nahwu?
Sebagai ilmu yang menjadi barometer tentang benar atau salahnya dalam pengungkapan, penulisan dan pembacaan teks arab, maka permasalahan dalam pembahasannya juga tidak terlepas dari itu. Permasalahan dalam ilmu ini adalah pembahasan teoritis tentang prosedur atau prinsip hukum-hukum dalam bahasa arab.
I.        Hukum mempelajarinya
Bagaimana hukum mempelajari ilmu Nahwu?
Para ahli nahwu berpendapat bahwa terdapat dua hukum dalam pembelajaran ilmu ini. Secara fundamental hukum belajar ilmu tersebut adalah fardu kifayah bagi orang yang tidak berkehendak untuk memperdalami makna al-Quran dan al-Hadits, oleh sebab itu terlepaslah kewajiban seseorang untuk belajar ilmu tersebut karena ada orang lain yang mewakilinya. Namun jika seseorang berkehendak ingin mendalami tentang al-Quran dan al-Hadits, maka hukumnya belajar ilmu Nahwu adalah fardu ‘ain.
J.        Perintis pertama ilmu ini
Siapakah (Wadi’) peletak pertama ilmu Nahwu?

Orang pertama yang menciptakan dan mengajarkan ilmu Nahwu adalah Abu Al-aswad yang dibawahi oleh perintah Amiril mu’minin Sayidina ‘Ali bin Abi thalib karamallahu wajhah. Pada waktu itu Ada sedikit kisah tentang sebab diperintahnya Abu al-aswad untuk menyusun ilmu tersebut adalah karena pada suatu malam ia sempat bersama seorang putrinya berada di sebuah loteng rumahnya, cuaca malam saat itu begitu cerah, dan keadaan langitpun begitu indah. mereka berdua menyaksikan keindahan suasana langit pada malam itu, sehingga kemudian sang putri bermaksud ingin mengungkapan ta’ajub (perasaan kagumnya) terhadap keindahan langit malam yang menawan itu. Dia mengungkapkan perasaan ta’ajub (kagum) dengan redaksi يا أبت ما أحسنُ السماءِ   “Wahai ayahanda, indahnya langit itu dari segi apanya?” (dengan keadaan nun domah dan hamzah dalam keadaan katsrah) redaksi tersebut adalah redaksi pertanyaan padahal yang dimaksud putri itu adalah ungkapan kekaguman, bukan pertanyaan. Untuk mengungkapkan kekagumannya seharusnya dia mengungkapkannya dengan kalimat يا أبت ما أحسنَ السماءَ Wahai ayahanda, betapa indahnya langit ini” (Dengan nun dan hamzah keduanya dalam keadaan Fathah) tapi karena salah cara melafalkan bahasanya, maka salah pula maknanya.

DEFINISI/TA'RIF LOGIKA/MANTEK

LOGIKA adalah bahasa latin yang berasal dari kata "logos" yang berarti perkataan atau sabda. istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah MANTEK (منطق) kata arab yang diambil dari kata kerja atau fi'il dari kata (نطق) yang berarti berkata atau berucap

dalam sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa; alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu logis. nah yang dikamsud dengan logis pada ungkapan tersebut adalah masuk akal, dan tidak logis adalah tidak masuk akal. 

Menurut Irving M. Copy menyatakan, "Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. 

Menurut syekh ibrohim menyatakan, "علم المنطق هو علم يبحث فيه عن المعلومان التصورية والتصديقية من حيث إنها توصل الى أمر مجهول تصوري أو تصديقي أو من حيث ما يتوقف عليه ذلك" Ilmu mantek adalah ilmu yang mempelajari masalah tasawurot seperti term universal seperti genus, Differentia, spesia,sropria atau accedentia. dan masalah tasdiqot seperti proposisi kategorik seperti (Manusia adalah hewan yang berakal budi) dan proposisi hipotetik seperti (jika hari ini hujan pasti jalan basah, namun hari ini tidak hujan, maka jalan tidak basah).

IDE, KONSEP DAN FANTASMA

Manusia Tercipta Di duni diberi fasilitas (akal budi) atau rasio oleh sang Pencipta adalah untuk berfikir, berfikir dan terus berfikir. namun hati-hatilah jangan sampai salah berfikir, oleh karena itu pelajarilah ilmu cara berfikir, yaitu yang disebut ilmu logika.

Dibawah ini Adalah merupakan Bagian dari ilmu Logika

Dalam proses berfikir tentu kita kenal dengan yang namanya الفكر (ide/konsep). langkah awal untuk berfikir adalah dengan adanya sebuah ide atau konsep yang dihasilkan dari refresentasi gambaran benda yang tertangkap oleh panca indra.

Apa Itu Ide,,?
ide adalah sebuah kata yang berasal dari kata yunani Eidos, yang sudah mapan sejak Homerous, kemudian Empedokles, Demokritos, Herodotos, lobih-lebih sejak plato, Eidos baru yang orang lihat 'penampakan' bentuk' 'gambar' rupa yang dilihat'

Intelak (akal budi) manusia melihat benda melalui 'Gambar'-nya yang terdapat didalam intelek tersebut, Oleh karena iturefresentasi atau wakil benda yang terdapat dalam intelak itu disebut IDE.

Apa yang disebut dengan Konsep?
konsep berasal dari kata Latin: Concipere yang artinya mencakup, mengandung, mengambil, menyedot, menangkap. Dari kata concipere muncul kata benda konceptus yang berati tanggapan. Kata konsep diambil dari kata Konceptus tersebut. jadi konsep sebenarnya berarti tangkapan. Intelek menusia apabila menangkap sesuatu, terwujud dengan membuat konsep. buah atau tangkapan itu disebut dengan konsep. Dengan demikian ide dan konsep sama artinya.

dengan demikian perlu dibedakan antara ide dan fantasma yang merupakan produk dari fantasi, yang merupakan gambaran, produk langsung dari indra manusia. jika kita mengerti suatu hal, misalnya anjing, memang dalam diri kita terdapat dua gambar. Yang satu gambaran fantasi, hasil tangkapan langsung ke indra, yakni misalnya meskipun kita menutup mata kita, kita masih dapat mengenali bentuk, warna tertentu dari binatang yang disebut anjing tersebuut. Sedangkan gambar lain tidak di fantasi, Tetapi di intelek. Gambaran yang di intelek ini sifatnya tidak lagi khusus, tidak material, bukan lagi hasil indra, tetapi umum sifatnya. gambaran dalam intelek tersebut bukan mewakili anjing ini atau itu, yang berwarna ini atau itu, Tetapi mewakili semua kelas anjing yang umum itu. ide dan fantasma kita bedakan, tetapi ini tidak berarti keduanya tidak dapat tidak bersamaan.

Setelah konsep ada, ide tersedia, dan pemikiranpun punya, maka tuangkanlah ide, konsep dan pemikiran tersebut pada sebuah kata yang disebut dengan term.

Lalu Apa itu term?
Jawabannya nantikan dalam postingan yang akan datan,,,

PEMBAHASAN BASMALAH DENGAN PENDEKATAN ILMU MANTIQ

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, saya memulai menulis tentang ilmu mantiq ini dengan mengambil berkah dan meminta pertolongan kepada Allah

Pembahasan pertama dalam ilmu mantiq adalah pembahasan tentang basmalah dengan pendekatan ilmu matiq itu sendiri, sebagaimana pendapat para ulama
ينبغى لكل شارع في فن من الفنون أن يتكلم على البسملة بطرف مما يناسب ذلك الفن وفاء بحق البسملة وهو أن لايترك الكلام عليها رأسا، وبحق الفن المشروع فيه وهو أن يتكلم عليها بطرف مما يناسب ذلك الفن، ونحن الآن: شارعون في فن المنطق فينبغي أن نتكلم عليها بطرف مما يناسبه.
Artinya: Mestinya bagi setiap orang yang ingin belajar tentang suatu pan tentunya harus terlebih dahulu membahas basmalah dengan pendekatan ilmu yang akan dupelajari tersebut, agar memenuhi hak basmalah yaitu agar tidak di anggap sembarangan dalam melakukannya. kedua supaya memenuhi hak pan itu sendiri. Sekarang kita akan belajar ilmu mantiq maka mesti bagi kita untuk membahas basmalah dengan pendekatan ilmu tersebut

Pembahasan basmalah dengan pendekatan ilmu MAntik

Menurut ilmu mantik, bismilah bisa dianggap sebagai jumlah insyaiyah bisa juga sebagai jumlah khobariyyah, namun apabila basmalah dianggap sebagai jumlah insyaiyyah maka bismilah tersebut bukan merupakan sebuah qodiyah. dan apabila bismilah itu dianggap sebagai jumlah khobariyyah maka keberadaan bismilah merupakan sebuah qodiyyah

Basmalah bisa dijadikan sebagai 4 qadiyyah
pertama, qadiyah syakhsiyah yaitu apabila bismilah memiliki muta'alak lafadz ibtidai, karena mahkum alaih yang terdapat pada qadiay tersebut adalah syakhsun mu'ayanun/orang - tertentu

kedua, qadiyah kuliyyah, yaitu apabila bismilah memiliki muta'alak seperti lafadz yabtadiu kulu mu'miniin, karena mahkum 'alaih yang terdapat dalam qadiyah tersebut adalah kuliyun

ketigs, qadiyah juziyyah, yaitu apabila bismilah memiliki muta'alah seperti ba'dul mu'minin, karena mahkum 'alaih yang terdapat pada qadiyah tersebut adalah juziyun

keempat, qadiyah hamliyah, yaitu apabila bismilah menggunakan muta'alak seperti kalimat yabtadiu almu'minu, karena mahku 'alaih yang terdapat pada qadiyah tersebut adalah bersifat kuliyun namun tidak terpaku terhadap adat sur

Kalam Tuan syaikh Abdul Qodir Bagian Awal Tentang I'tirod

 قال سيدنا الشيخ محي الدين ابو محمد عبد القدير رضي الله عنه بكرة يوم الأحد بالرباط ثالث الشوال سنة خمس وأربعين وخمسمائة،  Sayidina syaikh ab...